"Bawa aku ke sana. Aku ingin melihatnya!"
"Kau bersungguh-sungguh?"Â Lelaki muda itu menatap tak percaya. Perempuan cantik yang duduk di sampingnya itu mengangguk.Â
Dan, anggukan itu membuat perasaan lelaki muda itu membuncah. Ia tak perlu bertanya apa-apa lagi. Ia pun segera melarikan mobil yang dikendarainya menuju sebuah rumah yang tak akan pernah bisa ia lupakan.
***
"Ayah, hilal telah tampak!"
Itu suara Bilal kecil, anak semata wayangnya yang belum genap berusia tujuh tahun. Buah kasihnya bersama perempuan cantik yang kini ikut mengurusi panti asuhan bernama Rahajeng itu.
"Turunlah dari tumpukan kayu-kayu itu, Bi! Nanti kamu jatuh!" Istrinya berseru panik.
"Biarkan saja. Bilal kecilmu tidak akan jatuh. Ia sudah sering melakukannya."Â
Lelaki itu lalu mendorong daun jendela. Lebar-lebar.
Selanjutnya. Sembari tersenyum ia mengawasi bocah kecil yang berdiri tegak di atas tumpukan kayu-kayu itu. Sampai lamat-lamat telinganya mendengar seruan azan Magrib berkumandang. Sampai lamat-lamat pula ia mendengar suara riuh bocah-bocah yang diasuhnya berebut piring di ruang makan.Â
"Hilal itu untukmu, Bi. Dan juga untuk anak-anak lain di seluruh dunia."
***
Malang, 23 Mei 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Â