Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, tak pelak mengingatkan kita pada sejarah dan semangat perjuangan paramuda Indonesia di era tahun 1908.
Adalah dr. Soetomo yang kala itu memprakarsai berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai wadah untuk mendengungkan semangat kepedulian akan masa depan Bangsa Indonesia. Bangsa yang beriktikad menuju kemerdekaan, berdaulat, bermartabat, serta memiliki tujuan yang jelas.
Lantas siapa gerangan sosok yang pertama kali berani menyatakan pengakuan bahwa kelahiran organisai Budi Utomo layak disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional?
Yup. Ki Hajar Dewantara!
Saat menjalani masa pembuangan di Belanda, Ki Hajar Dewantara menulis sebuah artikel di Nederlandsch-Indie Oud & Nieuw terbitan tahun ketiga, 1918-1919.
Di awal artikelnya pemilik nama kecil Soewardi Soerjaningrat ini menulis,Â
"Tanpa ragu kini saya berani menyatakan bahwa tanggal 20 Mei adalah Hari Indisch-nationaal (Indisch-nationale dag) atau Hari Kebangkitan Nasional."
Keberanian Ki Hajar Dewantara menyatakan pengakuan secara terang-terangan di negeri musuh dan di tengah pergolakan bangsa Indonesia dalam mempersiapkan kemerdekaannya, patut dijadikan suri tauladan. Bahwasanya kita---Bangsa Indonesia harus tetap optimis dan bersemangat dalam menghadapi situasi dan kondisi apa pun.
Hendaknya pula hikmah yang terkandung dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang tahun ini jatuh di tengah lingkar pandemi, mampu menjadi pelecut untuk memerangi wabah Covid-19 yang kian hari angka statistiknya kian bertambah.
Tak ada kamus kata menyerah. Sekalipun telah beredar tagar #Indonesia Terserah! Bukan berarti kita lantas menyerah begitu saja.