Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memetik Hikmah Hari Kebangkitan Nasional di Tengah Lingkar Pandemi

20 Mei 2020   05:30 Diperbarui: 20 Mei 2020   05:21 3412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mediakampus.stis.ac.id


Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, tak pelak mengingatkan kita pada sejarah dan semangat perjuangan paramuda Indonesia di era tahun 1908.

Adalah dr. Soetomo yang kala itu memprakarsai berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai wadah untuk mendengungkan semangat kepedulian akan masa depan Bangsa Indonesia. Bangsa yang beriktikad menuju kemerdekaan, berdaulat, bermartabat, serta memiliki tujuan yang jelas.

Lantas siapa gerangan sosok yang pertama kali berani menyatakan pengakuan bahwa kelahiran organisai Budi Utomo layak disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional?

Yup. Ki Hajar Dewantara!

Saat menjalani masa pembuangan di Belanda, Ki Hajar Dewantara menulis sebuah artikel di Nederlandsch-Indie Oud & Nieuw terbitan tahun ketiga, 1918-1919.

Di awal artikelnya pemilik nama kecil Soewardi Soerjaningrat ini menulis, 

"Tanpa ragu kini saya berani menyatakan bahwa tanggal 20 Mei adalah Hari Indisch-nationaal (Indisch-nationale dag) atau Hari Kebangkitan Nasional."

Keberanian Ki Hajar Dewantara menyatakan pengakuan secara terang-terangan di negeri musuh dan di tengah pergolakan bangsa Indonesia dalam mempersiapkan kemerdekaannya, patut dijadikan suri tauladan. Bahwasanya kita---Bangsa Indonesia harus tetap optimis dan bersemangat dalam menghadapi situasi dan kondisi apa pun.

Hendaknya pula hikmah yang terkandung dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang tahun ini jatuh di tengah lingkar pandemi, mampu menjadi pelecut untuk memerangi wabah Covid-19 yang kian hari angka statistiknya kian bertambah.

Tak ada kamus kata menyerah. Sekalipun telah beredar tagar #Indonesia Terserah! Bukan berarti kita lantas menyerah begitu saja.

Alangkah malunya diri kita terhadap para pejuang kemerdekaan di masa lampau, jika kita tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang mudah berputus asa.

Mari kita telaah sejenak. Mereka---para pejuang kemerdekaan tersebut pada masanya hidup lebih sulit dari kita, lebih sengsara dari apa yang kita alami sekarang. Namun mereka tetap memiliki rasa optimis yang tinggi untuk terus memperbaiki keadaan. Yakni menjadikan kehidupan bangsa Indonesia jauh lebih baik dari sebelumnya.

Sudah menjadi hukum alam. Di setiap era akan selalu ada kesulitan. Dan di setiap kesulitan pasti akan ada jalan keluar. Tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.

Tetap menumbuhkan semangat optimisme di dalam diri, meyakini bahwa setiap kesulitan bisa dilampaui, dan setiap musibah akan terlewati, tentu jauh lebih baik daripada menjadi pecundang yang mudah menyerah dan berputus asa.

Indonesia harus tetap bangkit! 

Seperti halnya para pejuang yang tak henti mendengungkan semangat perjuangan untuk terbebas dari belenggu penjajah, maka kita pun di masa pandemi ini jangan berhenti mengumandangkan semangat untuk terus maju, bersatu padu melawan dan  menanggulangi wabah.

Lebaran sebentar lagi tiba. Saatnya menunjukkan bahwa kita benar-benar serius memerangi pagebluk mendunia ini. 

Dengan merayakan Lebaran di rumah saja, bersilaturahminya cukup lewat daring, selalu menjaga rentang jarak, menggunakan masker jika berada di luar rumah, rajin mencuci tangan, patuh pada pemberlakuan social distancing, mendukung pelaksanaam PSBB, dan bangga menjadi generasi optimis (bukan generasi micin), adalah salah satu bentuk apresiasi terhadap nilai-nilai luhur sejarah lahirnya Kebangkitan Nasional.

***
Malang, 20 Mei 2020
Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun