Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Rekomendasi Film] "Hachiko A Dog's Story", Kesetiaan yang Tumbuh dari Rasa Empati

9 Mei 2020   04:01 Diperbarui: 9 Mei 2020   04:00 2596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika makna solidaritas boleh diartikan secara meluas, yakni adanya rasa kepedulian, rasa empati dan kesetiakawanan, maka ketiga rasa tersebut bisa tumbuh tidak saja pada diri antar sesama manusia, tapi bisa juga terjadi antara manusia dan hewan peliharaannya.

Hachiko A Dog's Story, sebuah film lawas yang mengangkat kisah hubungan batin yang kuat antara seekor anjing dengan tuannya, kiranya bisa saya rekomendasikan untuk Anda.

Hachiko, sebuah film bertema kasih sayang dan persahabatan antar sesama mahluk Tuhan. Film besutan sutradara Lasse Hallstroom ini diadopsi dan diangkat dari kisah sejati yang pernah terjadi di Jepang pada kisaran tahun 1923-1935.

Film berdurasi sekitar 90 menit ini dibintangi oleh aktor kawakan, Richard Gere dan Joan Allen. Dirilis pada tahun 2009 dengan beaya produksi senilai 16 juta dollar AS.

Kisah dimulai dari tersesatnya seekor anjing jenis Akita Inu di Setasiun Kereta Api Bedrige, Wonsocked, Amerika Serikat.

Adalah Profesor Parker Wilson, seorang pengajar di sebuah universitas, yang tanpa sengaja menemukan anjing kecil itu ketika ia baru turun dari kereta.

Dan profesor adalah pria yang memiliki rasa empati serta kepedulian yang tinggi. Jiwa kasih sayangnya membuat ia merasa bertanggung jawab untuk menolong anjing yang tersesat itu.

Profesor Parker akhirnya memutuskan untuk membawa hewan lucu itu pulang ke rumahnya setelah tidak seorang pun---bahkan untuk sementara waktu, bersedia menampung anjing malang tersebut.

Kecuali Andi, putri Tuan Parker, Cate (Joan Allen), istrinya, ternyata kurang menyukai kehadiran anjing itu di dalam rumah mereka. Ia menyarankan kepada suaminya agar melepaskan saja anjing tak bertuan itu.

Tuan Parker berusaha meyakinkan istrinya, bahwa ia hanya menampung anjing kecil itu untuk sementara waktu. Sampai si anjing ditemukan kembali oleh pemiliknya.

Dengan berat hati istri Tuan Parker akhirnya mengizinkan suaminya memasukkan anjing itu ke dalam rumah.

Namun pada kenyataanya, di antara keduanya---Tuan Parker dan si anjing yang sudah diberi nama baru, Hachiko, tersambung hubungan batin yang sangat kuat. Dan Cate melihat itu.

Apalagi Hachiko termasuk jenis anjing yang sangat cerdas dan pintar. Ia bisa dilatih melakukan hal-hal yang menyenangkan, seperti menangkap bola, duduk dan berdiri dengan sikap yang baik, dan lain-lain.

Pernah membaca kisah Ashabul Kahfi, bukan? Di mana seekor anjing rela menunggui tuan-tuannya yang tertidur selama 300 tahun di dalam sebuah goa. Dan selama itu pula si anjing tetap setia berada di depan goa tanpa sejengkal pun pernah meninggalkannya.

Demikian juga dengan Hachiko. Rasa setia kawan itu lambat laun kian mengakar dan menyatu bersama instingnya. Perlakuan kasih sayang Tuan Parker terhadap dirinya membuatnya selalu ingin mengikuti kemana pun tuannya itu pergi dan berada.

Rasa setia itu pula yang menjadikan istri Tuan Parker akhirnya luluh dan jatuh hati kepadanya.

Jadilah Hachiko anjing kesayangan keluarga Parker.

Menonton film bertema kepedulian terhadap sesama mahluk Tuhan ini, membuat kita berpikir. Jika seekor anjing saja tahu bagaimana seharusnya mengimbangi rasa cinta dengan kesetiaan, mengapa manusia terkadang tidak?

Kembali kepada kisah Hachiko. 

Saking sayang dan setianya kepada Tuan Parker, Hachiko rela mengantar dan menjemput tuannya itu di setasiun pada waktu dan jam yang sama. Dan ia melakukan kegiatan itu selama bertahun-tahun. 

Sampai pada suatu hari Tuan Parker meninggal dunia akibat serangan jantung saat sedang mengajar. Dan terharunya lagi, Hachiko tidak mengetahuinya. Ia masih setia menunggu. Berdiri di depan setasiun setiap pukul 5 petang. Berharap melihat tuannya itu keluar dari pintu gerbong kereta dan menyongsongnya dengan gembira seperti biasa.

Sampai di sini, silakan Anda menikmati kelanjutan kisahnya sendiri. Dan menebak-nebak bagaimana klimaks endingnya..

Sekadar saran, jika Anda seorang yang "baperan" seperti saya, maka jangan lupa sediakan tisu untuk menyeka gerimis yang tanpa sadar tiba-tiba menitik di sudut mata Anda. Terutama saat menyaksikan Hachiko berdiri terpaku menatap jarum jam yang terpampang di depan setasiun.

Selamat menonton. Selamat menjalankan ibadah puasa.


***
Malang, 09 Mei 2020
Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun