Selain itu konsistensi bersedekah walaupun sedikit merupakan awal dari bersedekah yang lebih banyak di kemudian Hari.
Ibnu Hajar mengatakan, "Tidak boleh meremehkan dan memandang rendah orang yang bersedekah dengan sedikit hartanya, sedikitnya saja sudah bisa menghindarkannya dari api neraka."
Berbagi Tidak Harus Berupa Uang
Yup, benar. Lebih seringnya saya berbagi rezeki tidak dalam bentuk uang, tapi berupa barang. Semisal berupa paket sembako atau makanan buatan saya sendiri.
Kala-kala saya membuat nasi kuning hanya untuk menyenangkan hati anak-anak yang tinggal di panti asuhan. Atau memasak puding untuk para penghuni pondok lansia yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah tinggal saya.
![Nasi kuning untuk anak-anak panti asuhan. Foto dokpri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/makeup-2020050805481619-save-5eb49319097f3654bd55f0c3.jpg?t=o&v=555)
Bagaimana kalau sekiranya saya belum ada rezeki untuk berbagi? Apakah saya musti menyerah begitu saja?Â
Oh, tidak! Saya tidak pernah kehabisan akal. Saya tetap berkunjung ke panti asuhan dengan setumpuk buku-buku. Memberi les Bimbel pada anak-anak di sana selama satu dua jam. Utamanya bagi mereka yang hendak menghadapi ujian.
![Mendongeng di Panti Asuhan Al-Mustofa Kab.Malang. Foto dokpri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/makeup-2020050806303021-save-5eb49b51d541df2b1a406085.jpg?t=o&v=555)
Untuk kegiatan mendongeng dan mendengarkan curhat, saya lebih suka menyebutnya dengan berbagi kasih.
![Bersama penghuni pondok lansia Al-islah Malang. Foto dokpri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/makeup-2020050806223928-save-5eb49b00097f360f1023e5a4.jpg?t=o&v=555)
Masih ada! Sebab berbagi itu sesungguhnya memiliki makna yang sangat luas. Tidak ada batasan ukurannya.
Sekalipun dalam situasi pandemi seperti sekarang ini, saya tetap bisa melakukannya. Semisal, berbagi ilmu tentang kesehatan, tentang manfaat senam Yoga, tentang dunia kepenulisan, tentang seni tata rias, dan lain-lain, meski secara daring atau lewat WA saja.