"Rusli, coba kamu cek lagi saturasi darah pasien itu," Dokter bernama Juna itu memberi perintah.
 "Ia terus saja mengingau tentang laki-laki bernama Nugie itu, Dokter. Ia bahkan merasa dirinya sudah pernah menikah, mempunyai seorang anak bernama Elang, memiliki pembantu bernama Inah---dan masih banyak lagi halusinasi-halusinasi lain yang memenuhi ruang pikirannya," suara Ibu terdengar serak.
Dokter bernama Juna itu hanya mengangkat bahu. Sementara perawat bernama Rusli perlahan mendekatiku, mengeluarkan sebuah alat untuk memeriksa denyut nadiku.
Saat itulah---ketika tangan Rusli menyentuh pergelangan tanganku, sigap aku beranjak bangun dan mencengkeram kuat-kuat lengan pria itu menggunakan tangan kanan.
"Sekarang katakan pada Ibuku, siapa di antara kalian berdua---kau atau dokter berkacamata itu, yang telah membuatku hamil!"
Kuterjang selimut yang menutupi tubuhku jauh-jauh. Kuperlihatkan perutku yang membuncit.
Lalu kulihat Ibu jatuh pingsan.
Lalu kudengar tawaku sendiri berderai pecah memenuhi ruangan.
Tamat.
***
Malang, 19 Februari 2020