"Ia hanya pingsan. Oh, ya. Aku pernah berhutang budi padamu. Dan kukira hari ini aku sudah melunasinya," Jeremy tersenyum lebar ke arah Lionel.
"Di mana Laquita?" Lionel berbisik. Jeremy menunjuk ke satu arah.
Fajar hampir menyingsing. Ruam-ruam langit sudah mulai terlihat. Jeremy menggamit lengan Lionel.
"Aku ingin minta tolong padamu sekali lagi. Kau jagalah Laquita untuk sementara. Aku harus pergi. Malam nanti aku pasti akan menemui kalian."
"Tu-nggu! Bagaimana kalau Laquita siuman? Ia pasti sangat terkejut melihatku."
"Untuk seharian ini ia akan tertidur pulas."
"Oh, benarkah? Apakah itu tidak akan membahayakan dirinya?"
"Tidak. Sekarang kau kembali saja ke kamarmu. Ikuti jalan lurus ini. Ini akan tembus ke Wooden House. Sementara Laquita akan kuantar ke kamarmu."
"Ke-kamarku? Mengapa harus ke kamarku?" Lionel bertanya gugup.
"Nanti aku jelaskan. Lionel---siapapun kamu, izinkan aku mengucap terima kasih." Jeremy menepuk pundak Lionel. Lionel tidak bisa berkata-kata lagi. Sebab ia melihat Jeremy---pria bertopeng itu, sudah melesat. Melayang di udara membawa serta Laquita dalam gendongannya.
***