Bag-6
Perang Baru Saja Dimulai, Sayang
-------
Wooden House mulai diselimuti kabut pekat. Beberapa penghuninya, yang masih terjaga menyalakan pediangan untuk menghangatkan badan. Sementara beberapa yang lain memilih meringkuk di balik selimut melanjutkan menikmati mimpi.
Inta berkali melirik ponsel yang sengaja diletakkan tak jauh dari bantalnya. Tidak ada pesan masuk. Ia lalu memutuskan untuk tidur setelah terlebih dulu menghidupkan ringtone sebagai penanda jika sewaktu-waktu ada seseorang yang menghubunginya.
Baru beberapa menit memejam mata, ponsel bergetar-getar disertai bunyi alarm yang ribut. Inta menggeliat. Tangannya yang putih meraih benda elektronik mini itu. Setengah mengantuk dibacanya pesan yang baru saja terkirim.
Yup! Oke.
Hanya itu. Inta mengamati nomor pengirimnya, menunggu beberapa saat. Tapi hingga kantuk menyerangnya kembali, tidak ada pesan yang diterimanya lagi.
Diletakkannya ponselnya begitu saja. Lalu ia melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.
Esoknya, gadis itu bangun kesiangan. Ketukan halus petugas hotel yang mengantarkan sarapan membuatnya agak malas menyibak selimut.
Ia membuka pintu kamarnya sedikit. Menerima piring dengan tangan agak gemetar. Usai mengucap terima kasih---pada pria muda berseragam yang berdiri di hadapannya, ia kembali menutup pintu.menuju ranjang, dan merebah.