Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jarik Sidomukti

4 Oktober 2019   05:42 Diperbarui: 4 Oktober 2019   05:46 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:goresancanting.blogspot.com

"Ada apa, Jeng? Apa aku telah berbuat salah?"

Aku terdiam.

"Baiklah. Kalau kau kangen pada Ibu, aku bisa mengantarmu pagi ini sebelum berangkat ke kantor," Handoko mengangkat wajahku. Mendadak tawanya pecah.

"Wajahmu memerah, Jeng! Seperti udang rebus. Itu berarti kau sedang marah padaku," ujarnya di sela-sela tawanya. Aku masih terdiam.

Entah apa yang ada dalam pikiran suamiku itu, begitu tawanya mereda ia berjalan menuju lemari pakaian di seberang ranjang. Lalu membawa sesuatu ke hadapanku.

"Aku masih ingat pesan Simbah Putri saat kita menikah, Jeng. Beliau bertutur begini; Han, jika istrimu marah atau bersedih, selimuti ia dengan Jarik Sidomukti itu. Lalu kecup ubun-ubunnya tiga kali. Pasti marah atau sedihnya akan hilang," Handoko membuka lipatan jarik di tangannya dan menyampirkannya di atas pundakku.

"Oh, iya. Satu lagi aku lupa mengatakan ini, tadi malam aku telat pulang karena ada meeting dengan relasi kerja, seorang pria berkebangsaan asing. Kami minum kopi berdua di sebuah kafe. Nama pria itu Michael." 

Aku masih terdiam. Dan saat Handoko mengecup lembut ubun-ubunku, kertas kecil dalam genggaman tanganku sudah merupa gumpalan kecil yang siap kulemparkan ke luar jendela.

Bau harum Jarik Sidomukti seketika menguar memenuhi ruang kamarku. Aku seperti melihat wajah Simbah Putri, wajah Ibu, juga wajah mungil bayiku yang dua bulan lagi akan lahir. Wajah-wajah yang tersenyum sumringah di hadapanku.

Perlahan kulilitkan Jarik Sidomukti yang tersampir di pundak pada perutku yang membusung sembari menatap malu-malu ke arah Handoko. Lalu kucium punggung tangan suamiku berlama-lama.

Bukan karena Jarik Sidomukti akal sehatku telah kembali. Bukan. Bukan karena itu. Melainkan karena Handoko telah berusaha menjadi suami yang baik, suami yang senantiasa menjaga hati istrinya dengan kejujuran. Bukankah kejujuran merupakan salah satu kunci langgengnya sebuah pernikahan?

***

Malang, 04 Oktober 2019

Lilik Fatimah Azzahra

 

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun