Perempuan tua itu berjalan lebih cepat dari langkah saya. Seperti orang sedang memburu sesuatu. Saking cepatnya beberapa menit ia sudah menghilang di kejauhan.
Saya mengabaikan pertemuan itu. Eksotisme panorama sekitar danau kembali mencuri perhatian saya.
Saya terus berjalan menyusuri jalanan yang lengang. Sembari sesekali menelengkan kepala untuk sekadar mengambil gambar.
Usai jepret sana jepret sini, saya melanjutkan langkah. Dan, kembali saya merasakan ada seseorang berjalan di samping saya. Saya pun menoleh. Ternyata perempuan paruh baya itu lagi!
Seperti sebelumnya, ia berjalan terburu-buru mendahului langkah saya.
Tapi kali ini saya tidak ingin mendiamkannya. Saya segera mengejar langkah perempuan tua itu. Menggamit lengan dan memeluk pundaknya.
"Ibu mau ke mana?" saya menegurnya ramah. Perempuan itu tidak menyahut. Ia hanya tersenyum. Kebetulan tangan kiri saya menenteng tas kresek berisi makanan. Buru-buru saya meraih sebungkus kue dan menyerahkannya kepada perempuan itu.
"Untuk Ibu," saya tersenyum ke arahnya.
Semula perempuan tua itu menolak dengan menggelengkan kepala. Tapi saya terus memaksanya. Akhirnya ia mengalah, mau menerima pemberian saya meski tanpa mengucapkan satu kalimat pun.
Usai menerima pemberian saya, perempuan tua itu melanjutkan perjalanannya kembali. Masih dengan langkah yang sama. Terburu-buru. Sebentar kemudian saya tidak bisa melihat punggungnya lagi. Ia menghilang di kejauhan.
"Mbak sudah selesai mengingat pertemuan singkat dengan perempuan tua itu?" suara pemuda di samping saya membuyarkan ingatan yang baru saja melintas.