Wajah Tuan William seketika memucat. Tubuh kekarnya gemetar.Â
Dan entah mengapa tiba-tiba saja lelaki itu menjatuhkan lututnya di hadapan Sherlick.
"Saya menyerah, Miss Sherlick. Saya mengakui. Sayalah pembunuh kedua saudara kandung saya..."
***
Dua hari kemudian.
Jhon masih belum paham bagaimana Sherlick memecahkan kasus kematian itu dengan mudah.
"Jangan menatapku seperti itu, Jhon. Mendekatlah, aku akan segera menjelaskan semuanya padamu," Sherlick tertawa pelan seraya menghempaskan diri di atas sofa. Jhon terlihat tidak sabar. Lelaki itu duduk di hadapan Sherlick dengan kedua tangan menumpu dagu.
Dan beginilah penjelasan lengkap Sherlick.
"Begitu mengetahui nama yang tertera pada surat yang kau berikan padaku sore itu, Jhon--William Snot, ingatanku langsung tertuju pada seorang pengusaha yang mengalami kebangkrutan dan terbelit masalah hutang piutang dengan banyak bank. Berpegang dari hal itulah aku memfokuskan kecurigaanku padanya.Â
Kupikir, aku perlu mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya. Itu dulu. Tapi sebelum itu aku harus meyakinkan diri apakah otakku ini sudah bekerja dengan benar. Kau ingat, Jhon? Aku pernah belajar ilmu grafologi. Ilmu membaca karakter melalui tulisan tangan seseorang. Dari mengamati tulisan tangan Tuan William itulah instuisiku mulai bekerja. Dan aku semakin yakin bahwa Tuan William seorang pembohong besar.
Kemudian, ketika kita sampai di tempat kejadian perkara, aku melihat tumbuhan beracun itu di sekitar area pondok. Kau ingat, kan, Jhon? Aku berdiri agak lama di dekat jendela Pondok Kayu. Sekitar lima menit.Â