Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Misteri Kematian di Pondok Kayu

6 Agustus 2019   05:04 Diperbarui: 15 Juli 2022   11:37 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:huimjourney.elufsefefa.laindixu.pw

Beberapa saat lamanya mata tajam Sherlick sibuk menyelidik. Menyapu seluruh ruangan tak berkedip.

"Di depan tungku itu, tempat di mana Emily terjatuh," Sherlick berkata seraya memicingkan kedua matanya. "Dan Boston menyusul kemudian, di sini," tangannya menunjuk salah satu kursi.

"Bagaimana Anda bisa tahu posisi kedua kakak saya, Miss Sherlick? Padahal saya belum menceritakan apa-apa," Tuan William menatap Sherlick sejenak. Lalu beralih ke arah Jhon.

"Berhadapan dengan Sherlick kita tidak perlu menjelaskan terlalu banyak, Tuan Willy. Otak sepupu saya ini akan bekerja secepat cahaya sebelum kita sempat menceritakan sesuatu kepadanya," Jhon menepuk pundak Tuan William. Semacam memberi penegasan.

Kedua lelaki itu kemudian sepakat membiarkan Sherlick melakukan apa yang ingin dia lakukan. Mereka hanya melihat dari jarak jauh bagaimana gadis itu mengendus, merangkak, menelengkan kepala, bahkan terkadang melompat seperti seekor kucing menemukan sarang tikus.

Hal seperti itu berlangsung sekitar tiga puluh menit.

Terakhir, Sherlick berdiri di dekat jendela. Membuang pandang ke halaman sembari mengibas-ngibaskan mantel panjangnya yang berjuntai.

"Apakah Anda sudah menemukan titik terang sehubungan dengan kematian kedua kakak saya, Miss Sherlick?" Tuan William bertanya serius.

"Saya rasa, saya butuh rekontruksi ulang untuk bisa menjelaskan kepada Anda, Tuan William. Bersediakah Anda menuruti arahan saya?" Sherlick tersenyum. "Dan kau, Jhon. Bantu aku untuk melancarkan urusan ini," Sherlick mengerling ke arah sepupunya yang berdiri di belakang Tuan William. Dan Jhon segera tanggap. Tangan kanannya bergegas merogoh saku jaket, siap mengeluarkan sesuatu. 

"Saya harus bagaimana Miss Sherlick? Maksud saya---apa hubungannya semua ini dengan saya?" Tuan William menatap Sherlick. Suaranya terdengar gusar. 

Dengan tenang Sherlick berjalan menghampiri Tuan William. Menyentuh pundak lelaki itu dan berbisik, "Tidak terlalu sulit, Tuan Willy. Tugas Anda hanya menghidupkan kembali perapian di ruangan ini. Lalu memasukkan benda ini ke dalam perapian tersebut. Tapi sebelum itu-- saya, Jhon dan petugas polisi akan mengunci pintu pondok ini dari luar," Sherlick menunjukkan sebuah tabung berukuran kecil yang sejak tadi disembunyikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun