Melalui surat ini, saya sangat berharap Anda bisa membantu memecahkan kasus rumit ini. Terima kasih. Jika ada hal-hal yang kurang jelas Anda bisa bertanya kepada sepupu Anda--Mr. Jhon. Saya telah memberikan kuasa penuh terhadapnya.
Salam,
William Snot
Usai membaca surat yang ditulis tangan itu Sherlick bergegas meraih mantel dan syal yang tersampir di pojok ruangan. Lalu sigap mengenakan sepatu boots kesayanganya dan memberi tanda kepada Jhon agar segera mengikuti langkahnya meninggalkan apartemen menuju ke suatu tempat.
***
Pondok Kayu. Demikian nama rumah yang menjadi tempat kejadian perkara. Terletak di sebuah desa terpencil dengan kontur tanah berundak-undak khas area perbukitan. Rumah yang terbuat dari papan kayu itu masih dalam pengawasan pihak berwenang meski suasananya sudah kembali normal, tidak seramai beberapa hari lalu.Â
Ada seorang polisi muda yang ditugaskan berjaga-jaga di sana.
Setelah berbincang-bincang sejenak dengan polisi muda itu, Sherlick minta izin masuk ke dalam Pondok Kayu. Ditemani Jhon dan juga Tuan William yang wajahnya masih terlihat sedih dan murung.
Pondok Kayu itu tidak terlalu besar. Hanya berukuran 5X4 meter. Sebuah meja berbentuk oval diletakkan tepat di tengah-tengah ruangan dengan dua kursi saling berhadapan. Sebuah jendela menghadap ke halaman samping rumah, daunnya segaja dibiarkan terbuka. Dan sebuah tungku perapian berada di sisi kiri meja bersebelahan dengan lemari tua berisi botol-botol wine.
Menurut polisi muda yang tampak suntuk itu, posisi barang-barang di dalam pondok sama sekali tidak berubah. Masih sama persis dengan saat terjadi peristiwa kematian misterius itu.