"Pada awalnya saya adalah seorang penari topeng. Sampai suatu hari Mbah Karimun menyampaikan amanat kepada saya. Bahwa dalam menggeluti dunia seni, jangan hanya menguasai satu bidang saja. Belajarlah hal yang lain. Kembangkan sayap seluas-luasnya," imbuh lelaki yang mampu membuat topeng malangan ini sebanyak 20 buah dalam sehari.
Sungguh mencengangkan. Di era generasi milenial seperti ini, di mana sebagian besar paramuda cenderung tergiur bekerja di perkantoran atau perusahaan, Handoyo tidak ragu menjatuhkan pilihannya pada dunia seni yang diwariskan oleh kakeknya.
Seni Itu Tumbuh di Dalam Jiwa Bukan pada Penampilan
Handoyo tertawa ketika saya menanyakan mengapa ia tidak memanjangkan rambutnya atau berpenampilan ala para seniman yang serba nyentrik.
"Saya ingin tampil apa adanya. Karena bagi saya seni itu tumbuh di dalam jiwa. Tanpa harus menunjukkan diri yang sok nyeni seorang seniman sejati mampu menunjukkan siapa dirinya." Begitu tutur lelaki yang pernah mengawal rombongan anak didiknya ini tampil menari topeng atas undangan pemerintahan negara Rusia dan Thailand.
Dan ketika saya bertanya tentang kendala apa yang saat ini dihadapi dalam rangka mempertahankan dan melestarikan warisan seni pembuatan topeng malangan ini, Handoyo menyahut,Â
"Sulitnya memperkenalkan dunia seni ini kepada paramuda. Kebanyakan dari mereka berpikir tentang besar kecilnya penghasilan. Tidak yakin bahwa seni bisa menghasilkan uang selayaknya pekerjaan di bidang lain. Padahal kalau boleh jujur, dengan usaha pembuatan seni topeng ini saya sudah berhasil mematahkan paradigma tersebut."
Dengan sedikit bergurau Handoyo menyebutkan nilai nominal yang cukup fantastis dari hasil jerih payahnya menggeluti dunia pertopengan ini. Handoyo kemudian menyebutkan harga-harga yang dipasang untuk satu buah topeng hasil karyanya.Â
Topeng yang berukuran besar dipatok harga kisaran 200- 300 ribuan. Tergantung model pesanan. Sedang yang berukuran kecil, semacam gantungan kunci atau souvenir, ia memberi harga mulai dari 50 ribu perbuah.Â
Handoyo mengaku tidak pernah sepi dari job. Hampir setiap hari ia mendapat pesanan dari berbagai kalangan. Tidak jarang warga negara asing juga membeli topeng-topeng hasil karyanya.
Sayangnya, Handoyo sampai detik ini hanya dibantu oleh satu orang pekerja saja, yakni keponakannya sendiri---Bayu, yang bertugas mengukir bagian atas kepala topeng-topeng.