Pada awal-awal plastik ditemukan, tentu diharapkan memberi manfaat atau daya guna yang besar bagi kehidupan manusia. Sifatnya yang ringan, Â lentur dan mudah dibentuk menjadikannya sebagai benda pilihan paling favorit dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini berlangsung berabad-abad lamanya. Mari kita tengok sejenak. Berapa banyak benda terbuat dari plastik menguasai rumah kita? Mulai dari barang-barang yang terpajang di ruang tamu, perabot di ruang tidur, peralatan dapur, mainan anak-anak, hingga perlengkapan kamar mandi.
Plastik sesungguhnya tidak hanya berkuasa sebatas kehidupan rumah kita. Tapi ia juga sudah menguasai dunia. Hampir dipastikan seluruh manusia di bumi ini tak ada yang tidak pernah bersinggungan dengan plastik. Tak ada tanah atau air yang tidak bersentuhan dengan plastik.
Meski pada kenyataannya benda yang semula dielu-elukan dan dianggap sangat bermanfaat itu, memiliki sisi gelap yang menakutkan. Plastik semakin ke sini telah berubah menjadi monster yang sangat mengerikan dan berbahaya bagi kelangsungan mahluk hidup dan kelestarian lingkungan alam di bumi. Hal tersebut dikarenakan kandungan zat kimia bisphenol AÂ (BPA) yang sulit diurai oleh bakteri.
Kontroversi akan manfaat dan bahaya benda bernama plastik pun ini terus bergulir. Berbagai upaya untuk meminimalkan dampak bahaya plastik gencar digaungkan nyaris di seluruh penjuru dunia. Mengingat telah begitu banyak jatuh korban, baik manusia, hewan maupun lingkungan alam akibat pencemaran yang berasal dari benda berbahan dasar polymer ini.
Kendati sadar akan bahaya plastik sudah sedemikian miris, toh manusia tidak bisa benar-benar lepas dari ketergantungan terhadap plastik. Produksi alat-alat rumah tangga dari plastik terus berkembang pesat. Sungguh sangat ironis. Manusia menciptakan benda yang bisa membunuhnya sendiri. Menganggap benda itu sangat berguna meski pada sesungguhnya sangat berbahaya.
Namun demikian tidak ada kata terlambat untuk mulai memerangi pembunuh tak terlihat bernama plastik itu. Dengan langkah awal menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam.Â
Lantas bagaimana upaya kita menyikapi dan memperkecil dampak bahaya penggunaan plastik sekali pakai? Berikut tips sederhana yang bisa kita lakukan.
1. Back to NatureÂ
Sejauh ini kita terbiasa menggunakan sedotan plastik untuk minum dari air kemasan saat berada di luar rumah atau sedang bepergian. Mulai sekarang sebisa mungkin kita usahakan membawa sedotan sendiri yang terbuat dari bambu atau bahan ramah lingkungan lainnya. Kita bisa mencuci, menyimpan dan memakainya kembali saat dibutuhkan.
2. Membawa Botol atau Tempat Nasi Sendiri
Jika kita terbiasa membeli minuman kemasan dalam gelas atau botol dengan alasan lebih praktis, atau membawa bekal makanan menggunakan kotak plastik sekali pakai, mulai sekarang kita bisa membiasakan diri dengan membawa tempat minum dan wadah makanan dari rumah. Botol dan wadah makanan berbahan selain plastik tentu lebih aman untuk kesehatan.Â
3.Menggunakan Tas Belanja Ramah Lingkungan
Sama seperti sedotan, botol dan kotak bekal plastik, tukar tas belanjaan dengan tas belanja yang ramah lingkungan. Tas-tas yang terbuat dari anyaman daun, tas rajutan benang, kertas atau kain bisa menjadi pilihan alternatif.
4.Mengurangi Pemakaian Tisu Basah
Banyak yang tidak mengetahui bahwa tisu basah berbahan resin plastik. Itu sebabnya tisu basah sulit larut di dalam air. Nah, alangkah baiknya jika  kita tidak menggunakannya lagi. Mulai sekarang kita bisa menggantinya dengan lap dari bahan kain atau tisu kering untuk membersihkan wajah atau membersihkan sesuatu.
5.Mendaur Ulang Bungkus Makanan yang Terbuat dari Plastik
Kita memang tidak bisa benar-benar terlepas dari plastik. Segala sesuatu, terutama yang berhubungan dengan makanan dan minuman, seperti bungkus snack dan kopi bubuk, pun belum ada alternatif pengganti yang bisa mengalahkan posisi plastik. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi meningkatnya sampah plastik adalah dengan mendaur ulang. Menjadikannya kerajinan tangan atau souvenir yang cantik dan bermanfaat.
Malang, 10 Mei 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H