Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cium] Bara Api Ciuman Semalam

16 Maret 2019   05:30 Diperbarui: 16 Maret 2019   05:39 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:pinterest.com

Kalau boleh jujur, aku sangat menikmati ciumanmu kali ini, Sam. Bagaimana tidak. Kau melumat bibir ranumku begitu membara hingga lipstik merah merona yang kuoleskan terkikis, habis tak bersisa.

Kau benar-benar luar biasa malam ini, Sam. Dan aku tak malu mengakui bahwa aku masih belum puas bersamamu. Aku ingin berlama-lama berada di sisimu. Dalam pagut asmaramu. Meski pada akhirnya aku harus menelan rasa kecewa ketika kita terpaksa menyudahi pergumulan panas di atas tempat tidur sebelum aku berhasil menuntaskan seluruh hasratku.

Ah, ponsel sialan itu! Benda yang kau geletakkan di atas meja, mendadak berdering nyaring. Mengganggu konsentrasimu. Menyebabkan kau bergegas bangun dari pelukanku.

Panggilan masuk dari siapa, Sam? Dari istrimu di rumah?

"Iya, Ma. Ini Papa masih lembur. Sebentar lagi Papa pulang. Jangan lupa siapkan air hangat untuk mandi ya," kau berkata tenang seraya sesekali mencuri pandang ke arahku.

Aku menyisir rambutku yang kusut di depan cermin, pura-pura tidak mendengar percakapan kalian.

Cemburu? Bisa jadi. Tapi apa hakku mencemburuimu, Sam? Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya wanita simpananmu. Yang kau inginkan sewaktu-waktu. Dan yang kau butuhkan setiap saat engkau mau.

Kukemasi barang-barangku. Kumasukkan ke dalam tas kecil berwarna hitam. Tas yang kubeli seharga satu buah mobil Avanza keluaran terbaru. Itupun uang hasil pemberian darimu, Sam. Yang kau kirim setiap bulan secara rutin ke nomor rekeningku.

Seharusnya, dengan semua fasilitas yang sudah kauberi aku tidak perlu menuntutmu apa-apa lagi, Sam. Untuk ukuran seorang perempuan yang hidup sendiri seperti aku, kukira semua yang kumiliki sudah lebih dari cukup.

"Perlu kupanggilkan taksi, May?" ujarmu sebelum beranjak meninggalkan kamar hotel di mana kita sedang menginap. Aku menggeleng. Entah mengapa tiba-tiba muncul perasaan aneh bergejolak memenuhi rongga dadaku. Semacam rasa tidak rela. 

Ya, mendadak aku tidak rela melepasmu pulang ke rumah. 

Kau benar, Sam. Aku sepertinya menginginkan lebih dari sekadar menjadi wanita simpananmu.

"Kau kenapa, May?" punggung kekarmu berbalik arah, menghadapku. Matamu yang setajam mata burung elang--yang selama ini paling sering kukecup, menelisik teliti wajah murungku.

"Kau sakit, May?" kau mendekat lagi. Tanganmu terulur. Menyentuh lembut kedua pipiku. Saat itulah aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan baik itu, Sam. Kuraih lehermu. Kucium bibirmu berkali-kali. Kulumat dengan penuh gairah. Hingga nafasmu sesak dan tersengal-sengal.

"May, aku harus pulang. Istriku..." kau berusaha melepas kehangatan yang kuberikan.

Tapi, Sam. Kau tahu, bukan? Bila si May ini sudah menginginkan sesuatu, tak seorang pun bisa menghalanginya.

Tidak juga istrimu! Perempuan yang pernah menjadi teman baikku, yang kemudian menikungku dari belakang.

Bersambung...

***

Berani uji nyali? Lanjutkan cerpen ini! Buat ending sesuka kalian!
Syarat:
-Tak ada batasan jumlah kata, genre bebas, hindari unsur SARA
-Beri [Cium] di awal judul & setor link cerpen di kolom komentar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun