Kau benar, Sam. Aku sepertinya menginginkan lebih dari sekadar menjadi wanita simpananmu.
"Kau kenapa, May?" punggung kekarmu berbalik arah, menghadapku. Matamu yang setajam mata burung elang--yang selama ini paling sering kukecup, menelisik teliti wajah murungku.
"Kau sakit, May?" kau mendekat lagi. Tanganmu terulur. Menyentuh lembut kedua pipiku. Saat itulah aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan baik itu, Sam. Kuraih lehermu. Kucium bibirmu berkali-kali. Kulumat dengan penuh gairah. Hingga nafasmu sesak dan tersengal-sengal.
"May, aku harus pulang. Istriku..." kau berusaha melepas kehangatan yang kuberikan.
Tapi, Sam. Kau tahu, bukan? Bila si May ini sudah menginginkan sesuatu, tak seorang pun bisa menghalanginya.
Tidak juga istrimu! Perempuan yang pernah menjadi teman baikku, yang kemudian menikungku dari belakang.
Bersambung...
***
Berani uji nyali? Lanjutkan cerpen ini! Buat ending sesuka kalian!
Syarat:
-Tak ada batasan jumlah kata, genre bebas, hindari unsur SARA
-Beri [Cium] di awal judul & setor link cerpen di kolom komentar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H