Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar "Plus Minus" Cebong dan Kampret!

1 Maret 2019   07:48 Diperbarui: 1 Maret 2019   08:26 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bahwa manusia dalam menjalani kehidupan dan untuk meraih pencapaian kehidupannya tersebut membutuhkan proses bertahap. Tidak grusa-grusu. Tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan."

Waah, jadi tahu sekarang, ya. Mengapa Bapak kita yang satu itu gemar sekali memelihara Kecebong satu kolam!

Sekarang beralih ke hewan Kampret.

Nitizen yang pro paslon 01, demen banget mematahkan argumen kubu sebelah dengan menyebut mereka Kampret. Yup. Benar. Kampret adalah anak kelelawar. Latas mengapa mereka memilih istilah hewan imut ini sebagai bahan olok mengolok?

Barangkali ini salah satu alasannya.

Menurut 'Cebongers', otak Kampret itu letaknya terbalik. Itu disebabkan cara hidup mereka yang tidak biasa, yakni menggantung dalam posisi njungkir. Lah, apa iya, gegara adaptasi dengan cara demikian kita lantas men-judge bahwa otak mereka juga ikut jungkir balik?

Sekarang begini. Bagaimana kalau kita bereksperimen; kita tidur di sebelah Kampret yang sedang menggantung di dahan pohon dalam posisi yang sama.

Loh? Kok otak kita dan otak si Kampret jadi sejajar?

Sumber:malang-post.com
Sumber:malang-post.com
Begitulah. Sekali lagi Tuhan menciptakan mahluk hidup bukan tanpa maksud. Bukan hanya untuk sekadar meramaikan isi dunia ini. Pasti ada manfaat yang tersembunyi yang bisa jadi amat sangat berguna bagi mahluk-mahluk hidup yang lain.

Trus, apa dong manfaat Kampret?

Kampret atau kelelawar bisa menjadi predator alami pada hama padi, seperti; membasmi hama wereng, yang sampai saat ini masih jadi momok para petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun