Tapi jujur, setelah kejadian itu saya terus dihantui perasaan horor. Saya merasa kedua judul cerpen saya di atas---salah!
Pagi ini karena tidak tahan dengan kehororan yang terus mengejar saya, akhirnya saya mengintip Mbah Google untuk menegaskan rasa bersalah saya.
Dan ternyata benar. Penulisan judul saya memang salah!
PUEBI menjelaskan sebagai berikut:
Terkadang, kita menemukan kata ulang pada judul yang akan kita gunakan. Untuk mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang tersebut. Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami pengulangan (reduplikasi)Â pada kata dasarnya.Â
Kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata karena sifatnya yang bisa dibilang tidak mengalami perubahan apapun. Seperti contoh-contoh berikut:
1.Pengalamanku Menyembelih Biri-Biri di Hari Raya Kurban
2.Hidup Si Kupu-Kupu Malam
3.Sayap-Sayap Kenangan
4.Kecil-Kecil Jadi Manten
Selanjutnya:Â Menuangkan Rasa Syukur Jadi Sebuah Karya Tulis
Sedangkan bentuk kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang dwipurwa, dan kata ulang perubahan---semua yang sederhananya sudah mengalami perubahan bentuk---hanya ditulis kapital pada huruf pertama kata ulang. Seperti pada judul-judul berikut ini:
1.Kapolres Situbondo: Gerak-gerik Ibu Korban Mencurigakan
2.Berjalan-jalan di Kota Surabaya
3.Cerai-berai Negeriku
Baca juga :Â