Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Sentuhan "Twist Ending" pada Karya Fiksi

29 November 2018   07:26 Diperbarui: 29 November 2018   11:36 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang diharapkan dari kegiatan membaca sebuah karya fiksi? Baik itu novel atau flash fiction? Kalau saya pribadi selalu mengharap adanya kejutan-kejutan atau hentakan tidak terduga selama dan sepanjang saya menikmati sebuah bacaan. Sebab saya termasuk orang yang suka membiarkan pikiran dipenuhi oleh tanda tanya---setelah ini apa? Lalu bagaimana? Apakah akan...?---dan seterusnya.

Ketika hati dan pikiran saya riuh menebak-nebak, kemudian di akhir cerita saya dihadapkan pada ending yang mengejutkan, maka saat itulah sungguh saya merasa sangat surprise.

Namun demikian tidak semua karya fiksi menyuguhkan twist ending di penghujung kisahnya. Adakalanya kita menemukan cerita yang 'sejak awal' sudah bisa kita tebak alurnya, kemana kisah akan digiring dan akan seperti apa penghujungnya. Biasanya kalau menemui hal seperti ini, saya suka mutung. Saya memutuskan mandek, berhenti cukup sampai di paragraf yang sudah bisa tertebak itu.

Kelakuan saya ini sempat terbawa juga ketika saya sedang asyik menikmati tayangan film atau drama. Seperti baru-baru ini. Ketika saya ditraktir anak lanang nonton film Venom, baru juga jatuh pada tayangan beberapa menit saya sudah bisa meraba alur dan endingnya. Dan itu sungguh tidak saja menjadikan hati saya gemas, lantas mengomentari ini itu--tapi juga membuat anak lanang saya memprotes,"Pura-pura nggak tahu endingnya kenapa sih, Mom?"

Kembali ke bahasan twist ending.

Apa sih yang dimaksud dengan twist ending itu?

Twist  ending adalah salah satu ciri khas yang dimiliki oleh sebuah karya fiksi baik novel atau flash fiction. Merupakan satu kesatuan yang utuh yang membuat karya itu tampil berbeda dari yang lain.

Sejauh ini kita menemukan twist  ending sebatas pada genre tertentu, semisal cerita horor atau thriller. Hal ini bisa dimaklumi. Karena salah satu fungsi dari twist  ending memang memberi efek kejut bagi pembacanya, khususnya di akhir cerita.

Twist adalah elemen cerita yang membuat pembaca menahan napas untuk beberapa saat sembari geleng-geleng kepala. Biasanya akan mampu meninggalkan kesan ironi yang dalam. Bisa juga diartikan: Twist merupakan fakta yang diputarbalikkan. Yakni sesuatu yang tidak disangka-sangka --atau tidak diduga-duga dalam diri karakter tokoh yang sengaja diciptakan oleh si penulis.

Tentu semua penulis ingin menyuguhkan karya yang bagus dan menarik bagi para pembacanya dengan ending yang ciamik. Karena bagaimanapun juga tulisan kita adalah karya yang akan dibaca oleh banyak orang yang nota bene mereka ibarat raja. Para pembaca itu bebas memilih dan menentukan bacaan yang mereka suka dan sesuai dengan selera masing-masing. 

Meski begitu, ada satu kesamaan signifikan usai pembaca menikmati sebuah karya fiksi, yakni; rasa yang diharap tidak mudah raib begitu saja. Ada jejak membekas di dalam hati dan pikiran yang untuk selang beberapa waktu sulit terhapuskan.

Langkah-langkah Memberikan Sentuhan Twist pada Cerita Fiksi

Seperti yang sudah kita bahas di atas, twist ending merupakan salah satu elemen penting dalam upaya menyuguhkan sebuah karya fiksi yang menarik sekaligus unik. Dan tugas penulis yang utama adalah menciptakannya.

Berikut 12 langkah yang bisa digunakan sebagai pedoman menciptakan twist ending.

1.Anagnorisis

Di mana ketika si tokoh protagonis menemukan suatu fakta yang mengejutkan. Dan biasanya berkebalikan dengan apa yang selama ini dia kira. Model seperti ini sering kita temukan pada kisah-kisah detektif. Pada awal kisah pembaca digiring ke suatu alur yang melenakan. Barulah saat mendekati ending, dibeberkan fakta yang sesungguhnya.

2.Flashback

Model ini lebih sering digunakan untuk sebuah cerita yang mengandung unsur misteri. Sepanjang cerita disuguhkan adegan flashback yang belum jelas juntrungannya---cenderung gelap. Dan ketika sampai di titik tertentu, kejelasan mengenai alur flashback baru akan terkuak.

3.Unreliable Narrator

Kedudukan narrator yang meragukan---tidak jelas dari awal. Aksi narator yang sengaja memelintir kisah dengan cara mengelabuhi pembaca. Cara ini jelas tidak dianjurkan. 

4.Peripeteia

Lebih pada mengetengahkan perubahan tokoh protagonis yang tidak terduga. Semisal dari seorang yang hidup mapan, berkecukupan menjadi bangkrut sampai di titik nol.

5.Deus ex Machina  

Sebuah suguhan masalah yang seolah tidak pernah terselesaikan. Begitu rumit dari awal hingga akhir. Dan ketika si penulis tidak tahu harus berbuat apa pada tulisannya tersebut, maka ditampilkanlah tokoh tidak terduga. Campur tangan lain yang terkadang tidak masuk akal dan terkesan memaksa, sehingga masalah begitu mudah terselesaikan. Ada kalanya langkah ini malah membuat pembaca mengernyit alis kebingungan.

6.Poetic Justice

Biasa digunakan untuk kisah-kisah heroik. Di mana kebaikan selalu mengalahkan kejahatan. Seorang penjahat akan terperangkap oleh ulah kejahatan yang ia ciptakan sendiri. Pepatah senjata makan tuan berlaku di sini.

7.Chekchov's Gun

Pendiskripsian tokoh antagonis yang diperkenalkan begitu 'normal' di awal cerita. Yang tidak diduga sebelumnya. Dan pada akhir cerita barulah dijabarkan ternyata tokoh yang semula dianggap baik itulah penjahat yang selama ini dicari.

Langkah ini paling sering digunakan dalam kisah-kisah misteri dan film-film hiburan.

8.Red herring

Petunjuk yang salah!

Langkah ini sering dipakai oleh para penulis novel dan cerita fiksi bergenre detektif. Pembaca pada awalnya digiring menuju petunjuk yang salah. Untuk membelokkan prasangka yang terlintas. Dan di akhir cerita pembaca akan dibuat benar-benar terkejut.

9.Cliffhanger

Menurut saya ini langkah penyelesaian ending yang paling seru. Di mana pembaca dibiarkan bebas menyelesaikan sendiri akhir cerita sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiran mereka. Ending yang menggantung memang selalu menarik dan menyisakan tanda tanya besar sekaligus membuat penasaran.

10.In medias res

Langkah cerita dimulai tidak dari awal melainkan di tengah-tengah plot---yaitu kisah yang dirangkai menjadi satu ke dalam alur  flashback.

11.Non Linear

Mengetengahkan alur yang tidak semestinya. Setting waktu melompat-lompat kian kemari. Dari masa kini menuju masa lalu. Untuk model ini dibutuhkan kejelian dan kepiawaian penulis agar alur cerita tidak malah membingungkan pembaca.

12.Reserve Cronology

Karakter utama diletakkan dalam urutan terbalik. Penulis mengungkapkan efek akhir sebelum menelusuri penyebab awal. Jadi, penyebab awal itulah twist endingnya.

Model begini sering digunakan di dunia layar lebar.

Wah, ternyata banyak sekali langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk mengeksekusi sebuah karya fiksi agar tampil berbeda di hadapan pembaca.

Bagaimana? Anda tertarik menggunakan teknik twist ending yang mana?

Selamat mencoba dan selamat mengekplorasi karya fiksi Anda sebebas-bebasnya, ya. 

Salam hangat selalu. Keep writing!

***

Malang, 29 November 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Sumber referensi Wikipedia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun