Sarimin tak mampu menghindar. Iapun jatuh terkapar.
Bersamaan dengan itu Sarman tua yang tengah tertidur, mendusin. Ia terjaga dari mimpi indah. Mimpi di mana ia melihat Sarimin datang padanya menyerahkan setandan buah pisang masak dari pohon yang sangat ranum.
Belum juga sadar sepenuhnya dari mendusin, beberapa orang datang berlarian merubungnya.
"Jadi pria tua ini pemilik monyet liar yang sudah melukai tangan anakku?" seorang perempuan merangsek maju. Melayangkan tamparan berulang-ulang pada wajah Sarman yang masih mengantuk.
Lalu, bruuuk!
Sarman dikejutkan oleh tubuh Sarimin yang dilemparkan ke arahnya.
Seketika Sarman tersadar. Laki-laki tua itu bergegas memeluk tubuh mungil yang diam tak bergerak itu.
Lalu tanpa menghiraukan caci maki yang bersliweran di telinganya, Sarman menggendong Sarimin. Berlalu gontai meninggalkan Poskamling. Bibirnya tak henti menyenandungkan kidung megatruh.Â
Kidung sedih tentang beratnya sebuah perpisahan.
***
Malang, 16 November 2018