Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bukit Kuneer, Eksotisme Lain dari Perkebunan Teh Wonosari Lawang

12 November 2018   13:47 Diperbarui: 12 November 2018   15:50 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sembari menunggu mesin motor dingin, kami duduk-duduk melepas lelah. Mencuri satu dua gambar untuk diabadikan.

Sempat terbersit untuk balik turun mengingat sulitnya medan dan seberapa jauh lokasi Bukit Kuneer. Beruntung kami melihat seorang bapak setengah umur melintas di depan kami menggunakan motor. Kami mencegat bapak tersebut--secara sopan tentunya. Untuk bertanya lebih detil seputar lokasi bukit yang kami tuju.

Alhamdulillah. Bapak tersebut--Pak Kukuh namanya, ternyata adalah kepala koordinator yang mengawasi para pekerja perkebunan. Dari beliau kami mendapat banyak informasi.

Pak Kukuh, koordinator pengawas perkebunan wonosari. Foto dokpri
Pak Kukuh, koordinator pengawas perkebunan wonosari. Foto dokpri
Bukit Kuneer Saksi Bisu Cinta Dua Anak Manusia Berbeda Kultur

Adalah seorang Noni Belanda, putri pemilik perkebunan teh yang pada masa itu jatuh cinta terhadap seorang pemuda pribumi bernama Hasan--santri pondok pesantren terdekat yang bekerja sebagai buruh petik di perkebunan teh tersebut. Dan Bukit Kuneer adalah tempat pertemuan rahasia mereka. Bukit itu kemudian melegenda, karena dianggap sebagai saksi bisu berseminya cinta dua anak manusia yang berbeda strata dan kultur.

Kisah tersebut dituturkan sedemikian lancar oleh Pak Kukuh.

Sebagai penulis fiksi, tentu saja saya merasa amat gembira, serta sedikit baper usai mendengar kisah romantis tersebut. Imajinasi saya seketika meliar. Saya seolah melihat Noni Belanda yang cantik jelita itu, yang secara diam-diam mengawasi Hasan, pria pujaan hati yang sibuk mengangkut keranjang berisi petikan pucuk-pucuk daun teh yang beraroma  wangi. 

Kalau saja anak lanang tidak menyentuh lengan saya sembari bertanya, "Mom, perjalanan mau dilanjut tidak?", barangkali saat itu saya masih tenggelam dalam romansa cinta yang terjadi berabad-abad silam itu. 

Perjalanan Panjang Perkebunan Teh Wonosari

Begitu sampai di area Bukit Kuneer, hal pertama yang saya lakukan adalah mengabadikan pemandangan alam sekitar. Angin berembus sejuk berpadu dengan latar belakang Gunung Arjuno, mampu mengobati rasa lelah yang beberapa saat mendera.

Foto dokpri
Foto dokpri
Sementara anak lanang memesan minuman hangat di kedai satu-satunya yang ada di situ, saya menyempatkan berkeliling-keliling. Melihat-lihat barangkali menemukan sesuatu yang menarik minat saya.

Dan benarlah. Mata saya akhirnya tertumbuk pada sederetan banner yang sudah usang, yang dipajang rapi di punggung bukit.

Banner-banner itu bertuliskan sejarah panjang perjalanan Perkebunan Teh Wonosari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun