Seraya menyeruput sedikit coffee white-nya yang masih panas, Miss Sherlick menyampaikan deduksi singkatnya kepada Jhon.
"Perempuan itu sengaja pulang kerja lebih cepat dari biasanya. Itu menandakan bahwa dia memiliki janji dengan seseorang."
"Ya. Jam kerja perempuan itu seharusnya sampai pukul 16.30," Jhon menyela.
"Sebagai perempuan yang masih lajang, sangat aneh memilih sebuah taman yang sepi sebagai tempat pertemuan. Kecuali---jika pertemuan itu mengandung unsur rahasia," Miss Sherlick meletakkan cangkir kopinya perlahan di atas meja.
"Oh, ya, satu lagi, Jhon. Apa menurutmu ini bukan hal yang aneh? Seorang perempuan yang sama sekali tidak suka membaca tiba-tiba memangku sebuah buku tebal?" Miss Sherlick mengetuk-ngetukkan ujung jemarinya pada pinggang cangkir.
"Darimana kau tahu Nona itu tidak suka membaca?" kembali Jhon mengernyit alis.
"Buku tebal itu yang bicara padaku, Jhon," Miss Sherlick tertawa.
Meski tidak paham apa yang dimaksudkan sepupunya itu, Jhon akhirnya ikut tertawa juga.
***
Di ruang penyimpanan mayat, Miss Sherlick membuka kain penutup yang menyelimuti tubuh yang sudah membeku itu. Ia menyibaknya sedikit. Melihat bagian lututnya saja.
Setelah bicara beberapa menit dengan Inspektur Don Apole--polisi yang bertugas menangani kematian perempuan yang bekerja sebagai kasir di sebuah toko mainan anak-anak itu, Miss Sherlick pamit meninggalkan ruangan. Menemui Jhon yang tengah duduk di sebuah bangku, mengisap rokok terakhirnya.