Untuk kesekian kalinya Nyonya Besar merasa dipecundangi.
El.
Perempuan itu telah beberapa kali mangkir dari kesepakatan yang telah mereka buat. Sekali dua kali Nonya Besar masih memaklumi. Tapi kali ini?
El memang type perempuan yang tidak memiliki pendirian. Dia mudah goyah. Jiwanya rapuh seperti kerupuk rambak. Gampang remuk dan melempem.
Selama ini Nyonya Besar sudah berusaha mengubah karakter El agar menjadi perempuan tegas, mandiri dan pemberani. Dan Nyonya Besar sangat gemas, ketika sadar betapa sulitnya mengubah diri El.Â
Secara fisik El memang mulai mengalami kemajuan. Penampilannya terlihat jauh lebih segar dan hidup. Tapi itu hanya sebatas fisik. Sedang jiwa El, ia tetap saja perempuan lemah tanpa daya.
Nyonya Besar menelan ludah.
Ia teringat saat pertama kali bertemu El--perempuan bertubuh kurus ringkih, bermata sayu seperti mata burung merpati. Ingin sekali Nyonya Besar mencongkel mata itu dan menukarnya dengan mata burung elang. Supaya pandangannya berubah nyalang dan beringas. Sehingga tak lagi menghasilkan airmata yang nyaris menenggelamkan diri El sendiri.
"Aku akan mencuci otakmu, El. Kau bersedia?" tegas dan penuh wibawa pertanyaan Nyonya Besar kala itu. El tampak ragu. Dan ia memang begitu. Selalu ragu sampai seseorang berhasil meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.
"Apakah aku akan melupakan semuanya? Maksudku---setelah Nyonya berhasil mencuci otakku," El tertunduk. Tidak berani beradu pandang dengan perempuan cantik di hadapannya itu.