Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kreativitas dan Eksplorasi dalam Menulis Karya Fiksi

12 Oktober 2018   21:19 Diperbarui: 13 Oktober 2018   10:17 2139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:writingcooperative.com

Beberapa kali saya diinbox oleh teman-teman sesama penulis. Lalu kami terlibat dalam pembicaraan ringan seputar proses kreatif dan eksplorasi dalam menulis. Utamanya menulis fiksi.

Dari kebanyakan teman-teman tersebut ada yang mengaku 'sedikit' penasaran terhadap kelakuan saya. Ya, saya katakan 'sedikit'. Sebab saya tahu sebenarnya mereka---teman-teman penulis itu jauh lebih kreatif dibandingkan diri saya.

Rasa penasaran mereka diungkapkan dalam bermacam-macam kalimat. Seperti,"Kok bisa sih Mbak Lilik menulis seperti itu? Dari mana mendapat ide-idenya? Kasih tahu dong rahasianya." Atau,"Bagi dong resep agar bisa kreatif terus dalam menulis."

Saya jadi teringat, ketika tahun lalu diberi kesempatan bertatap muka dengan adik-adik mahasiswa di kampus UIN Malik Ibrahim Malang. Beberapa dari adik-adik mahasiswa--sekitar 200 orang tersebut, menanyakan hal yang sama begitu mereka menyimak cerpen-cerpen yang saya posting di Kompasiana.

Dosen pembimbing mereka--Mas Akhmad Muklis, tak segan menjadi perantara untuk menuntaskan rasa penasaran para mahasiswa itu dengan menanyakannya secara langsung kepada saya di forum tertutup di balai Kampus Humaniora.

Di bawah ini saya kutip kembali perbincangan kami.

"Mbak Lilik, dalam salah satu cerpen berjudul Pawang Hujan, kami sempat berdiskusi. Sebuah karya bagaimanapun juga tentu membutuhkan riset. Apakah Mbak Lilik sebelum menuliskan cerpen itu juga melakukannya?"

Jawaban saya kala itu sangat polos dan lugu. Jawaban Emak-emak yang apa adanya.

"Saya tidak tahu apakah saya sudah melakukan riset itu. Yang jelas saya mengalaminya sendiri. Menjadi anak-anak iseng yang mengganggu kegiatan orang tua saat mereka berusaha menjalankan prosesi menangkal hujan."

Saya tidak berbohong atau memungkiri. Dari sekian banyak karya fiksi saya, hampir semua kejadian pernah saya alami. Benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata saya.

Jikalau ada sebagian karya saya yang agak tidak masuk akal, itu semata-mata karena rasa keingintahuan saya yang begitu besar. Juga ditunjang oleh minat membaca saya yang sulit dibendung. 

Saya sering tanpa sengaja menemukan ide-ide dari bacaan yang sedang saya nikmati. Semisal, saya tiba-tiba ingin mengetahui tradisi salah satu suku primitif di sebuah negara. Saya pun melakukan jelajah, browsing-browsing. Dan lega sekali ketika menemukannya. Saya membaca dan mempelajarinya baik-baik. Lalu saya berkeinginan menuliskannya kembali sesuai dengan imajinasi saya.

Mengenai tradisi yang berlaku dalam suku primitif ini sudah saya tuliskan dalam cerpen berjudul: Tenanglah Maria, Ia Sudah Mati.

Sejatinya jika ditanya mengenai proses kreatifitas saya dalam menulis, jujur saya tidak bisa menjawabnya secara detil. Sebab saya ini hanya penulis otodidak. Saya belajar sendiri. Tanpa guru atau pembimbing. Apalagi sampai kursus kepenulisan. Semua terjadi dan mengalir begitu saja.

Apa yang ingin saya tulis--yang kebetulan mampir di kepala saya, ya, saat itu juga saya mewujudkannya dalam bentuk cerita.

Saat ini saya mulai tertarik menggeluti puisi. Bukan apa-apa. Saya ini orangnya pembosan. Dan suka sekali akan tantangan.

Salah satu upaya untuk menghindari kebosanan saya dalam menulis, saya harus menyemangati diri saya sendiri dengan melakukan sesuatu yang membuat saya senang dan gembira melakukannya.

Tentang puisi. Beberapa dari karya fiksi saya yang terposting di Kompasiana semenjak tahun 2015, barangkali untuk karya ini tidak terlalu banyak. Bisa dihitung dengan jari. Tidak sebirahi saya dalam menulis cerpen.

Lantas mengapa akhir-akhir ini saya terkesan getol menulis puisi?

Sekali lagi saya katakan, saya ini type pembosan dan suka sekali tantangan.

Saya masih ingat, satu dua puisi saya sebelumnya pernah mendapat kritikan pedas dari para pakarnya (pemuisi) handal. Ada yang mengatakan saya 'ngeden' kalau menulis puisi. Waduh...

Bermula dari kritikan-kritikan tersebut, saya bukannya minder atau mundur, malah merasa semakin tertantang untuk terus belajar. Menyatukan perasaan saya. Memilih diksi yang bagus agar enak dinikmati. Meski belum sepenuhnya berhasil, tapi setidaknya puisi-puisi saya mulai menemukan jalannya. Kesan ngeden' sudah sedikit mencair.

Nah, bagaimana? Saya sudah membocorkan beberapa rahasia yang sesungguhnya bukanlah rahasia. Sebab setiap penulis pasti memilikinya. Cuma terkadang tidak menyadari bahwa masing-masing memiliki kemampuan untuk berkreativitas dan mengekplorasi karya sendiri.

Semoga bisa menyimpulkan sendiri proses kreatif dan eksplorasi dalam menulis karya fiksi versi saya ini ya. 

Mari terus belajar. Menyukai tantangan dan tidak alergi saat mendapat kritikan.

Salam hangat selalu. Keep writing!

***

Malang, 12 Oktober 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun