Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cermin | Kami Hanya Ingin Melihat Senyum Mereka

8 Oktober 2018   08:17 Diperbarui: 8 Oktober 2018   10:56 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ngglempoh di area taman bakso kecambah. Dokpri.
Masih ngglempoh di area taman bakso kecambah. Dokpri.
Mereka lagi? Kali ini mereka siapa?

Kami berdua ini--hadeeuh, ternyata tidak kalah unik dari bakso kecambah. Sekalipun kue-kue sudah masuk ke dalam kardus, ternyata kami belum tahu kue-kue tersebut akan dibagikan kepada siapa.

Tapi it's oke. Memang begitulah kami. Kami suka bertindak tanpa berpikir panjang. Yang penting ada niat. Jalankan. Itu saja.

Kue-kue sudah masuk ke dalam kresek besar. Kami pun segera meninggalkan lokasi. Kali ini saya membonceng di belakang sahabat saya. Kami mengawali perjalanan dengan menyisir jalanan menuju ke arah timur.

Penerima kue pertama adalah seorang bapak sepuh pengayuh becak. Beliau tengah lelap-lelap ayam ketika saya menyerahkan kardus kue kepadanya. Ekspresinya sempat terkaget-kaget saat ada mahluk tiba-tiba muncul di hadapannya. Selanjutnya, alhamdulillah, kami berhasil melihat juga senyum itu.

Laju motor mengarah ke arah Jalan Ijen yang bersih, asri dan lengang. Lagi-lagi kami melihat beberapa bapak pengayuh becak sedang duduk melamun menunggu datangnya penumpang. Dengan langkah masih semangat saya mendatangi mereka. Dari jauh sahabat saya menunggu di atas motor.

Dan senyum sumringah pun berhasil terukir kembali. Senyum yang barangkali sudah jarang dipamerkan.

Foto Dokpri
Foto Dokpri
Dari Jalan Ijen kami menyisir Jalan Semeru, bertemu Ibu-ibu pemulung. Lalu bapak-bapak tuna wisma. Kue-kue di tangan masih banyak. Penyisiran jalan masih harus terus dilanjutkan. 

Hampir satu jam kami berkeliling, kresek besar di tangan pun sudah kosong. Kami sepakat mengakhiri perjalanan dan memutuskan rehat di Alun-alun Kota.

Di atas hamparan rumput Alun-alun, kami melepas lelah. Sembari berselonjor kaki saya membuka percakapan.

"Say...pelajaran apa yang kita dapatkan hari ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun