Ia menangkup punggung gelas dengan tangan gemetar. Hatinya diliputi bimbang manakala mengetahui isi gelas itu. Kental dan berbau anyir.
Sesaat lamanya ia terdiam. Membiarkan pikirannya riuh bergulat sendiri.
"Efek apa yang bakal saya dapatkan setelah minum seduhan jamu ini?" akhirnya ia bertanya. Pelan.
"Rasa panas dan mulas."
"Hanya itu?"
"Ya hanya itu. Sebelum janin itu keluar dengan sendirinya dari rahimmu."
Ia terjengah. Membayangkan segumpal darah yang baru berusia 4 minggu itu luruh, merembes melewati selangkangannya.
Sekali lagi matanya yang sembab menatap isi gelas yang ampasnya mulai mengendap.
Tiba-tiba saja ia seperti terbangun dari mimpi.
"Bisakah jamu ini saya minum di rumah? Saya lupa tadi belum sarapan," ia menyodorkan gelas yang dipegangnya ke arah perempuan paruh baya yang tak henti memandanginya.
Tak ada sahutan. Hanya anggukan kecil sebagai pertanda bahwa keinginannya disetujui.Â