***
Aku baru saja membungkukkan badan untuk memungut jepit rambutku yang terjatuh, ketika tiba-tiba beberapa orang bertopeng berlompatan menyerangku. Bunyi gedubrak terdengar berkali-kali.Â
Spontan kulayangkan kakiku dan mendarat empuk di beberapa perut.Â
Kulihat Jhon juga melakukan hal yang sama.
Tapi akhirnya kami merasa kewalahan. Jumlah mereka terlalu banyak. Aku dan Jhon tidak berkutik saat beberapa tangan dengan kasar meringkus kami.
Tanpa suara mereka menggiring kami ke suatu ruangan yang ada di gedung yang tersembunyi di lereng pegunungan itu.
"Selamat datang di Biara Cinta, Nona dan Tuan detektif. Suatu kehormatan Anda berdua berkenan datang di tempat suci ini." Sebuah suara terdengar berat dan berwibawa. Mataku terpicing. mengamati sosok bertopeng yang baru saja bicara.
Tapi kemudian perhatianku teralihkan pada sosok perempuan yang meringkuk di pojokan sana. Sosok yang amat kukenal, yang sedang kami buru.
Nona Mirza.
Di belakangnya seorang algojo siap mengayunkan pedang ke arah lehernya yang jenjang.
Bersambung...