Tanpa banyak tanya Jhon bergegas turun. Sebentar kemudian kulihat ia sudah berjalan membuntuti perempuan yang tengah menyamar itu.
Dhuuaaaarrrr!!!Â
Praaaang....!!!
Bunyi ledakkan disertai getaran hebat membuatku tiarap. Kaca jendela apartemen hancur. Serpihannya terlontar dan berceceran di sana-sini.
"Sherlick! Sherlick! Kau baik-baik saja bukan?" Jhon berlari tergopoh mendapatiku. Aku masih belum beranjak dari posisi tertelungkup di bawah meja.
"Jangan hiraukan, aku, Jhon! Lindungi perempuan itu. Nyawa dia terancam!" aku memarahi Jhon.
"Maafkan aku, Sherlick. Aku lebih mengkhawatirkan keselamatanmu!" Jhon mengulurkan tangannya. Membantuku berdiri. Lalu memunguti pecahan kaca yang berserakan di dekat kakiku.
Terdengar mobil polisi meraung-raung. Beberapa petugas berlarian naik ke apartemen.
"Jhon! Kita kejar Nona Mirza. Bukan aku sasaran tembak sesungguhnya. Tapi perempuan itu!" aku meraih jaket yang tersampir pada lengan kursi. Tapi Jhon menggeleng.
"Percuma, Sherlick, percuma. Sebuah mobil telah membawanya pergi."
Aku berdiri terpaku. Menatap Jhon dengan mimik kecewa.