Akhirnya baik burung puyuh maupun rajawali merasa kasihan, tidak tega melihat tubuh kurus itu tak lagi berdaging. Keduanya pun segera menyudahi penyamaran, menjelma kembali menjadi dewa.
"Sesungguhnya kami datang untuk mengujimu, duhai, putra Pandu," ujar salah satu dewa yang menyamar itu seraya tersenyum. Â
Lantas sejauh kisah ini bergulir, pesan apa yang sudah tersampaikan?
Ada saatnya kita kembali menjadi bukan siapa-siapa. Bahkan cicak pun tak perlu mengenali siapa diri kita. Namun setidaknya kita telah mencoba berbuat sesuatu. Sesuatu yang lebih baik dan lebih hebat dari kemarin.
Prabu Puntadewa boleh kalah dan menyerahkan seluruh tahtanya kepada kezoliman. Atau meninggalkan segala kemewahan raja diraja kepada yang tidak berhak. Tapi ia tidak boleh kehilangan siapa jati dirinya.
Oh, iya. Seperti biasa, adakah yang bisa menjelaskan apakah itu gelung keling dan Wahyu Dharma?
***
Malang, 24 Agustus 2018
Lilik Fatimak Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H