"Silakan mengisi data-data diri lengkap pada formulir yang sudah saya siapkan ini. Saya menunggu..." sosok itu kembali tersenyum.
Sekitar lima belas menit lembar kertas sudah terisi dan berpindah tangan. Sebelum beranjak dari kursi sosok itu berkata,"Nanti sekitar pukul sembilan saya akan mendeklarasikan siapa yang berhak mendampingi saya..."
***
Sesampai di rumah ia mengeluarkan satu persatu lembar kertas yang disimpan rapi di dalam tasnya. Pandangannya berhenti pada satu nama. Ia tampak serius mengamati. Membaca data-data yang tertera dengan seksama. Setelah dirasa cukup ia tersenyum lalu memutuskan tidak perlu lagi memeriksa lembar kertas yang lain.Â
"Jadi kau sudah menemui mereka, Wi--para kandidat itu?" Ibunya yang sejak tadi berdiri di belakangnya menegur. Sontak ia menoleh. Lalu mengangguk kecil.
"Iya, Bu. Aku sudah memastikan siapa yang layak mendampingiku," ujarnya riang.
"Syukurlah. Boleh Ibu tahu siapa orangnya?"
Ia berdiri. Menghampiri Ibunya dan menyebutkan satu nama.
Seketika Ibunya tertegun.
"Kau tidak sedang bergurau, kan, Wi?"
Ia menggeleng. Kemudian gegas melangkah memeluk erat pundak perempuan sepuh yang melahirkannya itu. Meyakinkan sekali lagi bahwa keputusan yang diambilnya sudah tepat. Sudah sesuai dengan hati nuraninya yang paling dalam.Â