"Tunggu dulu, Jhon. Tidak mesti orang berumur memiliki rambut putih. Â Ada beberapa orang, usia muda bermasalah dengan pigmen rambut mereka."
"Analisismu semakin membingungkan, Sherlick," Jhon mengerutkan alis.
"Kukira tidak, Jhon. Jika kita mengunjungi rumah Nona Mirza sekarang juga, mungkin aku bisa menjelaskan padamu," aku beranjak. Mendahului Jhon keluar dari apartemen.
***
Rumah mewah berlantai dua itu tampak sepi. Kami  harus menunggu beberapa saat sampai terdengar langkah seseorang membukakan pintu pagar.
"Kalian wartawan? Maaf, kami tidak punya berita untuk dipublikasikan hari ini!" seorang perempuan, usia paruh baya menyambut kami dengan kata-kata kasar.
"Kukira ini bagianmu, Sherlick. Kau selalu ahli merayu Ibu-ibu berumur," Jhon mengedipkan sebelah matanya ke arahku. Aku mengangguk. Lalu berjalan tenang mendekati perempuan yang masih menunjukkan wajah memberengut itu.
"Selamat siang, Madam yang cantik. Perkenalkan, saya Sherlick. Dan ini sepupu saya Jhon. Kami bukan wartawan. Kami hanya ingin menanyakan, apakan Madam memelihara seekor kucing?" aku menyungging senyum paling manis. Wajah perempuan tua itu perlahan berubah.
"Kucing? Ah, sebenarnya aku tidak begitu suka. Yang suka kucing itu majikanku, Nona Mirza."
"Oh, benarkah? Berapa banyak kucing yang Nona Mirza punya?"
"Hanya seekor."