"Kau tidak suka aku menjadi anakmu?" aku menyentuh pundaknya. Ia menoleh. Mata kami bertemu. Wajah kami menjadi begitu dekat.Â
"Lidahmu bertindik? Dan--oh, lehermu bertatto!" seketika ia menjauhkan pundaknya dari tanganku. Ia tampak begitu ketakutan.
Belum juga aku mengatakan sesuatu, ia terbangun dari tidurnya. Wajahnya yang pucat berkeringat.
"Key! Mimpi itu datang lagi!" ia berseru lantang. Membuat seorang pria yang berada di ruang tengah tergopoh mendatanginya.Â
"Jangan menuruti pikiranmu, Pris. Tidurlah kembali dengan tenang..." pria itu menyodorkan segelas air putih. Dan perempuan yang dipanggilnya Pris itu menerimanya dengan tangan gemetar.
"Bayi kita telah tumbuh dewasa, Key. Tapi wajahnya...sungguh sangat mengerikan!"
***
Entah apa yang ada dalam pikiran Key. Tahu-tahu ia membawaku ke tempat asing, sebuah ruangan yang sangat luas dan didominasi oleh warna putih.Â
Tubuhku terbaring telentang di atas dipan. Lebih tepatnya--diharuskan telentang. Ada tali temali yang membatasi gerakanku.Â
Ketika mendongak, mataku menangkap sederet huruf yang tertera pada papan kecil yang ditempelkan di sandaran ranjang tepat di atas kepalaku.
Nn.Priscilla, Usia 18 Tahun, Skizofrenia.