Yang terlihat kemudian sejak kematian istrinya, Rahwana menjadi sosok pemurung, temperamental dan beringas. Hatinya seolah membatu.
Sampai suatu hari, ketika ia tengah berburu di tengah hutan, sukmanya mendadak berguncang. Hati lelakinya kembali terbakar oleh magma asmara yang meletup secara tiba-tiba.
Dewi Shinta.Â
Ya, sosok anggun yang tengah melintas di hadapannya itu telah membangunkannya kembali dari tidur panjang.
Apa arti semua ini? Rahwana berdiri gemetar. Adakah ia--perempuan yang telah dipersunting oleh Sri Rama itu adalah titisan sang garwa kinasih?
Berkali Rahwana memejamkan mata. Berusaha memastikan bahwa paningal dan instingnya tidak salah.
Dan wangsit itu terus saja bergulir. Membisikkan kata demi kata di sekujur pori-pori tubuhnya, meyakinkan bahwa Dewi Shinta adalah memang Dewi Setyawati yang telah beralih rupa.
Jika kau pernah menjadi pelaku cinta maka kau tidak akan menyalahkan Rahwana ketika ia nekat memutuskan merebut Dewi Shinta dari tangan Sri Rama.
Ia memiliki alasan. Dan alasan yang paling mendasar adalah--sinar mata Dewi Shinta yang redup, yang menandakan hatinya tidak bahagia.
Rahwana itu biadab! Ia penjahat! Umpatmu tak berkesudahan. Hingga kini, hingga berabad-abad telah terlewati aku belum juga mampu meyakinkan padamu bahwa Rahwana sejatinya bukanlah seorang  penjahat. Ia hanya ingin mengetahui akhir perjalanan kisah asmaranya yang telah tertulis di dalam buku bernama takdir.
Jadi kukira selama ini kau telah keliru terlalu jauh dalam memahami kisah Ramayana yang melegenda itu.