Kali ini petugas lain yang menerimaku.
"Makanan untuk Pak Rusdi," aku berkata lirih.
"Oh, laki-laki tua? Sepertinya ia sedang sakit. Makanan yang kemarin sama sekali tidak disentuhnya, masih utuh."
Aku terhenyak. Keringat dingin mulai membasahi keningku.
"Boleh saya menjenguk Bapak saya? Barangkali saya bisa menyuapinya barang sesendok dua sendok," aku berkata gemetar.
Penjaga berseragam itu diam beberapa saat. Tapi kemudian berkata, "Untuk sementara ia tidak boleh dijenguk. Kami sudah menanganinya. Ada tim dokter yang merawatnya."
Aku menarik napas lega. Lalu mengulurkan rantang di tanganku.
"Barangkali Bapak saya sudah baikan dan mau sedikit makan," kataku sebelum pergi meninggalkan ruangan.
Ramadan hari ke-21
Sore ini aku tidak bisa pergi menjenguk Bapak. Sebab ada Mas Herman yang sedang cuti. Dan Ibu mertua yang sedari siang tidak beristirahat di kamarnya.
Kami bertiga duduk bersantai di ruang tengah. Mas Herman membuka pecakapan.