Tidak hanya sampai di situ, Ammar ternyata berkeinginan mengembalikan kalung milik Fatimah kepada Rasulullah.Â
Maka diutusnya seorang budak bernama Asham untuk mengantarkan barang berharga itu. Saudagar Ammar tak lupa menitip pesan, "Aku tidak saja menghadiahkan kalung itu kepada Rasulullah. Melainkan menyerahkan dirimu juga, Asham. Maka terhitung mulai hari ini kau bukan budakku lagi. Melainkan budak Rasulullah."
Sang budak segera memenuhi perintah tuannya. Ia menghadap Rasulullah untuk menyerahkan kalung Fatimah termasuk juga dirinya.
Rasulullah menerima pemberian Ammar dengan wajah penuh senyum. Namun karena merasa kalung itu adalah milik putrinya maka Rasulullah pun berkata kepada Asham, "Pergilah ke rumah putriku, duhai Asham. Aku berkewajiban mengembalikan benda berharga itu padanya. Sekaligus menghadiahkan dirimu untuknya."
Asham segera pergi menuju rumah Fatimah. Ia disambut suka cita  oleh putri kesayangan Rasulullah itu.
"Aku terima kembali kalung ini, Asham. Tapi tidak untuk dirimu. Aku membebaskanmu. Mulai saat ini kau bukan seorang budak lagi."
Mendengar ucapan Fatimah, Asham tertawa keras sekali. Dan itu membuat Fatimah terheran.
"Apa yang kau tertawakan, Asham?"
"Berkah kalung ini, duhai putri kesayangan Rasulullah. Anda telah membuka pintu kebajikan darinya. Benda ini telah begitu banyak menolong orang. Mulai dari memudahkan kesulitan seorang musafir hingga memerdekakan seorang budak seperti saya."
Fatimah tersenyum. Mata cantiknya menatap lembut ke arah budak yang telah bebas itu.
"Ini merupakan salah satu ajaran Ayahandaku, Asham. Rasulullah selalu berpesan, jangan ragu menolong sesama meski dirimu sendiri dalam kesulitan. Allah pasti akan membuka selebar-lebar pintu berkah."