Sepasang Ikan Bawal yang tengah berenang di laut Nusa Kambangan mendadak terkejut. Sesuatu jatuh dari langit. Berwarna putih, kental, nyaris mengenai punggung mereka. Â
"Siapa yang bercinta di senja kala begini? Sungguh memalukan!" Bawal betina mencibir ke arah Bawal jantan seraya melenggak-lenggokkan ekornya.
"Oh, kisah itu terulang lagi. Kukira...aku baru saja melihatnya," Bawal jantan tersenyum-senyum. Si betina semakin jengah.
"Memang siapa?"
"Bathara Guru dan Dewi Umayi."
Belum sempat Bawal betina menimpali, tiba-tiba  kama---ya, sesuatu yang luruh tadi adalah  kama  milik Bathara Guru, melebur. Warnanya yang putih berubah menjadi keruh. Laut seketika menggelegak. Berbuih serta mengeluarkan bau anyir yang menyengat.
Sepasang Ikan Bawal itu mengerahkan seluruh tenaganya. Berenang secepat kilat menuju pantai menghindari amukan gelombang laut yang amat dasyat.
Apa gerangan sebenarnya yang telah terjadi?
"Kama benih Bathara Guru telah menjelma menjadi mahluk menakutkan!" Bawal jantan berseru ngeri. Sementara betinanya menggigil ketakutan.
"Kau tahu sesuatu?" Bawal betina berbisik lirih di telingan pasangannya. Bawal jantan mengangguk.
Lalu mulailah Bawal jantan berkisah tentang dongeng masa lalu.
------Langit merona jingga. Angin berhembus sepoi-sepoi. Â Senja itu alam sungguh elok memesona. Jutaan penghuni laut Nusa Kambangan terkesima dan takjub. Begitu juga dengan Bathara Guru. Penguasa kahyangan itu lantas mengajak istrinya, Dewi Umayi berjelajah mengarungi jagad maya pada. Dengan mengendarai Lembu Andini mereka mengangkasa di atas laut yang tenang menikmati senja yang temaram.Â
Bathara Guru tak henti menebar senyum. Demikian juga Dewi Umayi. Ia sangat menikmati panorama di sekelilingnya. Semburat mentari membuat wajahnya tampak semakin jelita.
Entah mengapa melihat kecantikan Dewi Umayi yang terpancar alami, Bathara Guru tak kuasa menahan gejolak hasratnya. Mendadak ia ingin sekali menggauli istrinya saat itu juga. Maka dipeluknya erat-erat pinggang ramping Dewi Umayi seraya berbisik, "Dinda, mari kita bercinta."
Dewi Umayi terkejut. Tidak menyangka suaminya akan berkata demikian. Perempuan itu menahan malu tersebab Lembu Andini menaikkan cuping telinganya pertanda ia ikut menyimak bisikan Bathara Guru. Maka dengan suara lirih Dewi Umayi menolak keinginan yang dianggap tidak pada tempatnya itu.
"Kakanda Bathara, jika Kakanda menginginkan Dinda, sebaiknya kita segera kembali ke kahyangan."
"Tapi Dinda, aku ingin melakukannya sekarang, di sini. Di atas punggung Lembu Andini sembari menikmati senja yang merona seranum pipimu," Bathara Guru tetap bersikukuh. Dengan sedikit memaksa ia menarik istrinya ke dalam pangkuannya.
"Kanda Bathara telah berlaku sangat tidak sopan!" Dewi Umayi kehabisan kesabaran. Ditepisnya tangan suaminya.
Bathara Guru yang hasratnya sudah menggebu, merasa tersinggung. Penolakan Dewi Umayi dianggap sudah keterlaluan. Lagi pula saat itu ia sudah terlanjur mengeluarkan air  kama  akibat terlalu birahi.
Tepisan tangan Dewi Umayi membuat benih suci Bathara Guru terjatuh ke atas permukaan air laut yang tenang.
"Cukup!" Bawal betina menggerakkan siripnya. "Aku jadi tahu sekarang. Bahwa laki-laki memang selalu ingin menang sendiri. Lebih menonjolkan emosi ketimbang perasaan."
"Jangan marah dulu. Kisah ini masih belum usai," Bawal jantan mengulum senyum. Dengan berpura-pura memalingkan wajah, Bawal betina kembali memasang telinga.
"Air laut yang semula tenang berubah menjadi ganas. Kama Bathara Guru menjelma menjadi mahluk raksasa. Mahluk itu kemudian mengamuk. Memporakporandakan apa saja yang dijumpainya.," Bawal jantan melanjutkan ceritanya.
"Jadi yang kita lihat tadi adalah jelmaan  kama Bathara Guru? Sungguh keterlaluan!" kembali Bawal betina mencibir.
"Kau ingin mendengar kelanjutannya tidak?" Bawal jantan memiringkan sedikit ekornya.
"Baiklah, baiklah. Silakan dilanjutkan."
------Para dewa di kahyangan segera melapor kepada Bathara Guru bahwa ada huru-hara baru di laut Nusa Kambangan. Tak ada satu pun yang mampu meredamnya. Dewi Umayi yang semula tidak bertegur sapa dengan suaminya segera menanggapi, "Huru-hara itu disebabkan oleh mahluk jelmaan  kama Kanda Bathara sendiri. Jadi sekarang tugas Kanda adalah menjinakkannya."
Bathara Guru tidak memungkiri hal itu. Maka diutusnya beberapa dewa memancing mahluk raksasa itu agar tergiring ke kahyangan.
Singkat cerita, mahluk raksasa mengejar para dewa sampai ke Suralaya. Di sana Bathara Guru sendiri yang menghadapinya.
"Kau sebenarnya adalah anakku. Namamu Bathara Kala. Maka sebagai seorang anak kau wajib memberi penghormatan padaku dengan bersimpuh di kakiku," Bathara Guru memberi titah kepada mahluk raksasa itu. Mahluk raksasa itu menurut. Ia segera membungkukkan badan. Saat itulah Bathara Guru memangkas pendek rambut gimbal, gigi taring dan lidah mahluk jelmaan  kama-nya itu.
Apa yang dilakukan Bathara Guru membuat mahluk raksasa itu lunglai tak berdaya. Sebab segala kekuatan berada pada taring dan lidahnya.
"Jadi nasib mahluk itu selanjutnya bagaimana?" Bawal betina bertanya dengan mata meriyip.
"Ia dikirim oleh Bathara Guru ke suatu tempat. Tinggal bersama Ibundanya, Dewi Umayi yang juga telah menjelma menjadi raseksi. Kabarnya mahluk itu masih suka berkeliaran di waktu-waktu tertentu. Terutama di senja hari untuk mencari mangsa," Bawal jantan menjelaskan.
"Bukankah Bathara Guru sudah memangkas taring-taringnya?" Bawal betina mengernyit alis.
"Memang benar. Tapi bukan berarti ia tidak boleh memangsa mahluk lain. Bathara Guru membolehkan---dengan catatan hanya terhadap mahluk-mahluk tertentu. Semisal..."
"Semisal apa?"
"Semisal melahap anak  ontang-anting atau anak tunggal yang tidak diruwat."
"Tunggu! Aku ini anak tunggal. Dan aku belum diruwat. Jangan-jangan sebentar lagi..."
Belum selesai Bawal betina itu berkata, sepasang tangan telah menangkap keduanya. Memasukkannya ke dalam kaleng kecil.
"Apakah dia sang Bathara Kala?" Bawal betina bertanya gemetar. Bawal jantan mengintip sejenak ke arah si pemilik kaleng.
"Bukan. Ia hanya seorang bocah."
"Jadi---ia tidak akan memangsa kita bukan?"
"Tergantung. Tapi sepertinya bocah itu sedang kelaparan. Kau dengar? Perutnya keroncongan tiada henti."
Bawal betina mengangguk.
Lalu keduanya terdiam. Pasrah.
Senja telah berakhir. Tapi kisah lahirnya Bathara Kala akan terus bergulir. Di sepanjang masa, di sepanjang waktu. Kisah ini tak akan bosan diceritakan oleh pasangan Ikan Bawal, juga ikan-ikan lain yang silih berganti ber-reinkarnasi.
***
Malang, 10 April 2018
Lilik Fatimah AzzahraÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H