"Air laut yang semula tenang berubah menjadi ganas. Kama Bathara Guru menjelma menjadi mahluk raksasa. Mahluk itu kemudian mengamuk. Memporakporandakan apa saja yang dijumpainya.," Bawal jantan melanjutkan ceritanya.
"Jadi yang kita lihat tadi adalah jelmaan  kama Bathara Guru? Sungguh keterlaluan!" kembali Bawal betina mencibir.
"Kau ingin mendengar kelanjutannya tidak?" Bawal jantan memiringkan sedikit ekornya.
"Baiklah, baiklah. Silakan dilanjutkan."
------Para dewa di kahyangan segera melapor kepada Bathara Guru bahwa ada huru-hara baru di laut Nusa Kambangan. Tak ada satu pun yang mampu meredamnya. Dewi Umayi yang semula tidak bertegur sapa dengan suaminya segera menanggapi, "Huru-hara itu disebabkan oleh mahluk jelmaan  kama Kanda Bathara sendiri. Jadi sekarang tugas Kanda adalah menjinakkannya."
Bathara Guru tidak memungkiri hal itu. Maka diutusnya beberapa dewa memancing mahluk raksasa itu agar tergiring ke kahyangan.
Singkat cerita, mahluk raksasa mengejar para dewa sampai ke Suralaya. Di sana Bathara Guru sendiri yang menghadapinya.
"Kau sebenarnya adalah anakku. Namamu Bathara Kala. Maka sebagai seorang anak kau wajib memberi penghormatan padaku dengan bersimpuh di kakiku," Bathara Guru memberi titah kepada mahluk raksasa itu. Mahluk raksasa itu menurut. Ia segera membungkukkan badan. Saat itulah Bathara Guru memangkas pendek rambut gimbal, gigi taring dan lidah mahluk jelmaan  kama-nya itu.
Apa yang dilakukan Bathara Guru membuat mahluk raksasa itu lunglai tak berdaya. Sebab segala kekuatan berada pada taring dan lidahnya.
"Jadi nasib mahluk itu selanjutnya bagaimana?" Bawal betina bertanya dengan mata meriyip.
"Ia dikirim oleh Bathara Guru ke suatu tempat. Tinggal bersama Ibundanya, Dewi Umayi yang juga telah menjelma menjadi raseksi. Kabarnya mahluk itu masih suka berkeliaran di waktu-waktu tertentu. Terutama di senja hari untuk mencari mangsa," Bawal jantan menjelaskan.