Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Wayang Pagi | Persembahan Jari Bambang Ekalaya

13 Maret 2018   07:28 Diperbarui: 13 Maret 2018   08:54 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
simber : www.hardipranoto.com

Maka bertanyalah sang Guru Durna kepada pemuda sederhana itu.

"Darimana kau belajar ilmu menanah semahir itu?"

"Saya belajar sendiri, Resi. Ditemani oleh guru ciptaan saya," Bambang Ekalaya menunjuk sebuah patung semirip Guru Durna yang berada tidak jauh darinya.

Guru Durna tertegun. Sesaat kekaguman menjalari hatinya. Tapi kemudian berganti rasa was-was. Khawatir pemuda di hadapannya itu bisa menjadi saingan berat murid kesayangannya, Arjuna.

"Sekiranya diperkenankan, saya ingin beradu keterampilan dengan Kangmas Arjuna. Saya hanya ingin tahu dan menguji sejauh mana ilmu yang sudah saya pelajari," Bambang Ekalaya tiba-tiba berkata. Ia mengatupkan kedua tangannya dengan penuh hormat. 

Guru Durna nyaris menolak permintaan itu. Tapi Arjuna buru-buru menimpali, "Aku terima tantanganmu!"

Sebagai guru yang amat mengasihi muridnya, Guru Durna terpaksa mengikuti kemauan Arjuna. Maka dilepaskannya seekor burung kecil sebagai sasaran lomba memanah antara keduanya. 

Dan sungguh mengagetkan. Beberapa kali Bambang Ekalaya mampu mengalahkan Arjuna dengan mudah. Anak panah yang dilepaskannya selalu melesat lebih dulu dan lebih tepat mengenai titik sasaran secara sempurna.

Tentu saja hal tersebut membuat Guru Durna amat kecewa. Apalagi dilihatnya Arjuna mulai bermuka masam menahan geram dan malu. 

 "Guru, lakukan sesuatu," setengah berbisik Arjuna merajuk.

Demi menyenangkan hati murid kesayangan, Guru Durna pun sibuk mencari akal. Ia berpikir keras bagaimana agar bisa mencegahBambang Ekalaya memenangkan pertarungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun