Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng Wayang | Ketika Kangmas Petruk Jadi Ratu

4 Maret 2018   21:01 Diperbarui: 5 Maret 2018   00:18 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.ketiketik.com

Raden Bambang Pecrukpanyukilan sosoknya memang gagah, wajahnya tampan rupawan. Selain itu ia juga sakti mandraguna. Ayahandanya seorang Begawan bernama Salantara yang tinggal di pertapaan dasar laut.  

Konon karena merasa bosan Raden Bambang Pecrukpanyukilan memutuskan pergi meninggalkan pertapaan, melanglang buana untuk menguji kesaktian yang dimilikinya. Maka berangkatlah ia hari itu juga. Berbekal senjata andalannya, yakni kapak sakti.

Di tengah perjalanan ia bertemu seorang pemuda seumuran yang mengaku bernama Bambang Suksdadi. Sama seperti dirinya, Bambang Suksdadi juga seorang sakti mandraguna. Ia baru turun dari padepokan Bluluktiba dan berkeinginan mencari lawan tanding. Bak gayung bersambut, Raden Bambang Pecrukpanyukilan pun menantangnya. Keduanya lantas berjibaku. Seru. Saling menyerang, saling tindih, saling injak, saling jitak dan saling piting. Berhari-hari pertempuran seimbang itu tak kunjung usai. Kedua Bambang sama-sama tangguh. Dan sepertinya tidak ada yang bakal keluar menjadi pemenang. 

Melihat dua pemuda asyik bergumul, Ki Lurah Semar, yang sebenarnya adalah titisan Bathara Ismaya, yang kebetulan tengah berkeliling mayapada ditemani Bagong, bergegas turun tangan.

Kedua Bambang yang sama-sama lelah itu akhirnya menghentikan perkelahian. Tapi sayang, wajah keduanya yang semula tampan rupawan tidak utuh lagi, babak belur. Bonyok di sana -sini. Bambang Pecrukpanyukilan hidungnya melar ke depan akibat ditarik paksa oleh Bambang Suksdadi. Sedang mulut Raden Suksdadi melebar hingga sejajar dengan garis telinga akibat dijembreng kasar oleh lawan tandingnya.

"Eladalah! Wujud kita kok jadi mengerikan begini?" Bambang Pecrukpanyukilan berseru kaget. Bambang Susdadi pun berlaku sama. Ia jenggirat setelah bercermin, melihat wajahnya sendiri di atas permukaan sungai yang airnya mengalir jernih.

"Wajahku! Duh, ampun Dewa Bathara Agung...."

"Wahai kedua Raden. Apalah arti kebagusan lahiriah jika tidak disertai dengan keelokan perilaku," Ki Lurah Semar berusaha menenangkan kedua Bambang.

"Sudahlah Raden. Sekiranya tidak keberatan, jadilah kalian saudaraku," Bagong ikut menimpali.

Setelah agak lama tercenung, kedua Bambang pun mengangguk.

"Okelah kalau begitu. Setidaknya dibanding kalian aku merasa masih yang paling tampan. Huehehehe...." Raden Bambang Pecrukpanyukilan akhirnya bisa tersenyum dan tertawa lagi.

"Baiklah ananda Bambang, mulai sekarang nama kalian berdua berganti menjadi Petruk dan Nala Gareng," Ki Semar mengelus ubun-ubun kedua anak angkat barunya itu sebagai tanda pengesahan.

***

Singkat cerita, kehidupan dua Bambang pun ikut berubah. Mengikuti pola kesahajaan Ki Lurah Semar. 

Sebagai yang dituakan, Ki Lurah Semar tak bosan memberi wejangan kepada ketiga anak angkatnya bahwasanya manusia di dunia ini dalam menjalani kehidupan hendaknya sebisa mungkin menghindari perilaku  adigang,  adigung  dan  adiguna.  Sapa  sira  lan  sapa  ingsun.  Siapa aku dan siapa dirimu. Hidup itu harus saling menjaga toleran. Rendah hati. Jangan sombong. Apalagi merasa diri paling pintar, paling benar dan paling hebat. Sebab---masih menurut dawuh Ki Lurah Semar, di atas langit masih ada langit.

Sepertinya baik Kangmas Petruk maupun Nala Gareng merasa telah menemukan apa yang selama ini dicari. Maka keduanya tidak ragu-ragu lagi ikut mengabdikan diri sebagai  pangemong  ndoro-ndoro  atau yang lebih akrab disebut abdi punakawan.

***

Dalam satu lelakon, Kangmas Petruk pernah mengalami kejadian luar biasa. Tanpa sengaja ia tertimpa wahyu yang diperebutkan oleh dua ksatria yakni Bambang Priambodo dan Dewi Mustakaweni. Wahyu itu bernama Jamus Kalimasada.

Saat kedua ksatria itu perang tanding, Jamus Kalimasada tanpa sengaja terlempar dan manjing ke dalam tubuhnya. Akibatnya Kangmas Petruk menjadi semakin sakti. Dan itu membuatnya melupakan segala nasehat serta wejangan Ki Lurah Semar. Takabur mendadak muncul dalam dirinya.

Serta merta Kangmas Petruk mengubah wujudnya menjadi penguasa, Ratu di istana Loji Tengara. Bergelar Prabu Welgeduwelbeh alias Prabu Kanthongbolong.

Karena merasa tidak ada yang mampu menandingi kesaktiannya, membuat Kangmas Petruk kian jumawa. Ia menjadi pemimpin yang arogan. Bertindak sewenang-wenang. Kegemarannya berperang dan membuat  ontran-ontran  dikerajaan-kerajaan sekitarnya.

Tentu saja perilaku Kangmas Petruk ini sangat meresahkan. Dewa-dewa Kahyangan bahkan ikut membicarakan kelakuannya yang dianggap sudah melampaui batas. Maka diutusnya Ki Lurah Semar, satu-satunya yang bisa mengalahkan Kangmas Petruk.

Sebagai titisan dewa, Ki Lurah Semar tentu saja mengetahui siapa jati diri Prabu Welgeduwelbeh itu. Dengan segera diisapnya Jamus Kalimasada dari tubuh sang raja jejadian. 

"Sekarang tugas kalian, Nala Gareng dan Bagong. Taklukan dia," Ki Lurah Semar memberi aba-aba kepada dua anak angkatnya yang lain.

Menghadapi dua saudaranya, Kangmas Petruk tidak berdaya. Apalagi kesaktiannya sudah dilucuti. Ia pun menyerah dan mohon ampun, segera mencium kaki Ayahanda angkatnya, Ki Lurah Semar.

"Ampuni saya, Romo."

"Ngger anakku, jadikan semua sebagai pelajaran. Jangan karena gila kekuasaan lantas kita kehilangan jati diri," Ki Lurah Semar tersenyum seraya mengelus ubun-ubun anak kesayangannya itu. Prabu Wel...eh, Kangmas Petruk pun ikut tersenyum.

***

Malang, 04 Maret 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun