Sebagai titisan dewa, Ki Lurah Semar tentu saja mengetahui siapa jati diri Prabu Welgeduwelbeh itu. Dengan segera diisapnya Jamus Kalimasada dari tubuh sang raja jejadian.Â
"Sekarang tugas kalian, Nala Gareng dan Bagong. Taklukan dia," Ki Lurah Semar memberi aba-aba kepada dua anak angkatnya yang lain.
Menghadapi dua saudaranya, Kangmas Petruk tidak berdaya. Apalagi kesaktiannya sudah dilucuti. Ia pun menyerah dan mohon ampun, segera mencium kaki Ayahanda angkatnya, Ki Lurah Semar.
"Ampuni saya, Romo."
"Ngger anakku, jadikan semua sebagai pelajaran. Jangan karena gila kekuasaan lantas kita kehilangan jati diri," Ki Lurah Semar tersenyum seraya mengelus ubun-ubun anak kesayangannya itu. Prabu Wel...eh, Kangmas Petruk pun ikut tersenyum.
***
Malang, 04 Maret 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H