Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | "Fur Elise" Cinta Beethoven yang Hilang

3 Maret 2018   22:05 Diperbarui: 3 Maret 2018   22:22 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :www.saatchi.art.com

Empat orang duduk melingkar. Tuan Mozart, Guru Hydn, Guru Neefe dan Pangeran Franz menatap partitur yang terjereng di atas meja.  Fur  Elise,  Bagatelle  in  A  minor,  Wo0  59.

Sejak berjam-jam yang lalu keempat orang itu tidak saling bicara. Berkonsentrasi penuh pada Fur Elise yang ditinggalkan oleh Ludwig Van Beethoven begitu saja. 

Guru Neefe sebagai orang pertama yang pernah  membimbing komponis ternama itu tampak bermimik paling serius.

"Dia jenius. Aku ingat pernah mengatakan ini padanya, bahwa ia bisa menyaingi Anda, Tuan Mozart. Itu kalau dia konsisten menekuni dunianya," Guru Neefe mengamati sekali lagi partitur di hadapannya. 

"Lalu Elise...siapa dia?" Tuan Mozart bertekuk siku.

"Mungkin ia seorang gadis yang  pernah ditemuinya di Wina. Sebab aku pernah mengirimnya ke sana," Pangeran Franz menimpali. Meski ia tidak terlalu paham seluk beluk musik, kecuali menjadi penikmat saja, tapi ia sangat mengapresiasi bakat yang dimiliki oleh Ludwig. 

"Sayang sekali aku hanya bertemu sebentar dengannya," Tuan Mozart berkata lagi. "Tapi Anda benar, Pangeran Franz. Ludwig memiliki bakat luar biasa. Saya bahkan sangat mengaguminya."

"Tentang Elise?" Guru Hydn yang berpenampilan cuek mengingatkan topik pembicaraan mereka.

"Oh, ya. Apakah Anda mengetahui sesuatu, Tuan Hydn?" Guru Neefe menatap teman seprofesinya itu.

"Tidak. Saya tidak mengetahui apa-apa tentang Fur Elise. Juga tentang sosok Ludwig. Meski ia pernah belajar musik pada saya," Guru Hydn menjawab santai.

"Astaga! Apa yang sudah Anda lakukan Tuan Hydn? Jauh-jauh saya mengirim Ludwig dari Jerman untuk belajar kepada Anda, dan Anda mengatakan tidak tahu apa-apa tentang dia?" Pangeran Franz menaikkan alisnya tinggi-tinggi.

"Dia terlalu rumit bagi saya. Ide-ide musik yang disodorkan kepada saya membuat kepala saya pening," Guru Hydn tersipu.

"Kembali kepada Fur Elise...apakah ini bukan suatu kekeliruan?" Guru Neefe meraih partitur itu. Mengamatinya baik-baik menggunakan kacamatanya yang bundar.

"Bagatelle.  Itu artinya pendek dan progresinya tidak terduga. Ah, tiba-tiba saja saya ingin mencoba memainkannya," Guru Neefe berdiri, berjalan menuju piano yang berada tidak jauh darinya.

Sebentar kemudian Fur Elise mengalun indah. Memenuhi ruangan yang semula hening. 

Ketiga orang yang masih duduk melingkar di depan meja marmer tampak mulai terhanyut. Pikiran mereka menerawang jauh menembus masa silam. Masa  kejayaan di mana Ludwig Van Beethoven termasyhur dengan karya-karyanya.

Tiba-tiba saja mereka melihat kembali sosok pria berambut abu-abu itu, berdiri di antara mereka, dengan  style  yang tidak berubah. Mengenakan jas hitam dan syal merah melilit apik di lehernya.

Ludwig Van Beethoven. Ia tidak sendiri. Di sampingnya berdiri seorang perempuan jelita nan anggun.

"Siapa dia?" tanpa sadar Guru Hydn bergumam.

"Therese..." terdengar jelas Ludwig menyebut kata itu.

"Therese?" Pangeran Franz bergumam. "Apakah artinya Fur Elise yang tertulis pada partitur itu adalah perempuan bernama Therese?"

Tidak ada jawaban. Sebab alunan musik yang dimainkan oleh Guru Neefe mendadak progresinya telah sampai pada nada-nada yang  mengejutkan.

Komposisi rondo.

Ludwig Van Beethoven dan perempuan tak dikenal itupun perlahan menghilang.

Kembali Fur Elise---partitur tanpa nomor opus itu menjadi sebuah misteri tak terpecahkan.

***

Malang, 03 Maret 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun