"Kau membutuhkan sepasang kaki yang bagaimana untuk Ibumu? Barangkali aku bisa membantumu," lelaki tua itu berjalan menghampiriku. "Di dalam pondokku banyak sekali kaki-kaki. Kau bisa leluasa memilihnya."
Dan aku berseru takjub. Ketika masuk ke dalam pondok kudapati beberapa pasang kaki berselonjor rapi. Kaki-kaki itu sangat bagus, mulus dan cemerlang. Ibu pasti suka melihatnya.
Lalu aku memilih sepasang kaki yang ukurannya sesuai dengan permintaan Ibu. Kaki itu berbentuk melengkung. Seperti perahu.Â
Saat hendak membayar harga, lelaki tua dengan tangan belepotan cairan itu menolak.
"Untuk seorang anak yang sangat perhatian kepada Ibunya, aku ikhlas memberikan sepasang kaki itu secara cuma-cuma."
Dan kurasa aku harus menghormati ketulusan hati lelaki tua itu. Aku memasukkan kembali uangku ke dalam saku.
Aku mendapati Ibu sudah menunggu di ambang pintu ketika aku pulang. Ia berdiri dengan tubuh gemetar.
"Oh, syukurlah kau sudah mendapatkannya," ia tersenyum demi melihat sepasang kaki berada di dalam pelukanku.
"Cepatlah kau pasang kaki-kaki itu, Bram. Ibu sudah terlalu lelah berdiri."
Aku segera berjongkok. Melaksanakan perintah Ibu.Â
Setengah jam kemudian kedua kaki yang diinginkan Ibu sudah terpasang.Â