Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ojung, Ketika Tiba Giliranku

4 Januari 2018   17:36 Diperbarui: 4 Januari 2018   20:44 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :29 best Carpathy Facebook Image/www.pinterest.com

Ritual Ojung kian memanas. Kami---aku dan Padil menari-nari berkeliling arena setiap kali hendak melakukan sabetan. Orang-orang kian bersorak-sorak kegirangan.

Hingga waktu yang ditentukan hampir habis, tak satu pun dari kami yang terluka. Aku mendengar Ayah Padil bersumpah serapah. Memarahi bocah kecil yang sepertinya sama sepertiku. Sengaja tidak ingin melukai.

Para penonton mulai ikut kecewa. Ritual Ojung kali ini dianggap gagal. Tidak setetes darah pun mengucur dari tubuh kami. Itu menandakan musim kering akan terus berkepanjangan. Hujan tidak bakal turun.

Tapi mendadak kekecewaan semua orang sirna. Berubah menjadi gegap gempita dan suka cita. Orang-orang di tepi lapangan ikut menari-nari.

Ada apa? Tak disangka-sangka hujan deras tiba-tiba mengguyur. Membasahi tanah gersang di perkampungan kami.

Ayah Padil pun tidak ketinggalan. Ikut bergembira. Lelaki tua itu segera melepas kemejanya. Membiarkan tubuhnya yang tambun basah kuyup oleh guyuran hujan. 

Ayahku pun demikian. Udheng  yang semula diikatkan di kepalanya kini dililitkan pada pinggangnya yang tak lagi ramping.

Dua lelaki tua itu menari-nari beriringan mengikuti irama yang kian rampak, berhujan-hujan ria melupakan permusuhan mereka yang menahun.

Aku dan Padil menepi. Saling berpandangan.

"Mana kakakmu yang cantik itu, Dil?" bisikku di telinga bocah kelas 5 SD itu.

"Mbak Sri? Tadi ketika aku berangkat ke sini ia tengah mengenakan mukenanya," Padil menjawab seraya tersenyum. Aku mengangguk. Buru-buru kutinggalkan arena Ojung---pulang menuju rumah untuk membersihkan tubuhku yang berlumuran minyak kelapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun