Ya, segenggam cabe rawit. Bisa kalian bayangkan bukan?
Aku tersungkur ke lantai. Muntah-muntah. Mulutku panas dan kepedasan. Mataku pedih.
Kiranya belum puas mereka mengeroyokku. Tubuhku yang masih tersungkur menjadi sasaran empuk. Sepatu-sepatu ber-high heel menghujaniku. Salah satu sepatu, entah milik siapa sempat mengenai batok kepalaku.
Tidak. Aku tidak terima perlakuan keji seperti ini. Aku harus melawan, aku tidak boleh hanya diam.Â
"Hentikan! Dasar penulis bodoh! Tulis saja kisah seperti biasanya. Tulis kisah perempuan perebut suami orang yang serakah---yang penuh ambisi dan selalu ingin menguasai. Jangan menulis kisah perempuan lemah tak berdaya seperti ini!" aku berteriak-teriak histeris.
Tapi percuma. Penulis fiksi itu sama sekali tidak mendengarku.
***
Malang, 24 Nopember 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H