***
Tom kini terbaring di Rumah Sakit. Beberapa selang terpasang pada hidung dan pergelangan tangannya.
Kukira dengan cara ini Tuhan menegurnya.
"Bapak hanya boleh makan bubur, Bu," seorang suster meletakkan nampan di atas meja.
"Terima kasih, Suster," aku berbasa-basi. Suster  tersenyum kemudian berlalu pergi.
"Kau ingin kusuapi sarapan dulu, Tom?" aku mendekatkan wajah, berbisik di telinga Tom. Ia mengangguk.
"Anna, apakah aku akan mati?" ia bertanya tiba-tiba. Membuat tanganku yang bergerak hendak meraih piring berhenti sejenak. Â
"Mati dan hidup seseorang berada dalam  ketentuanNya, Tom. Kita tidak berhak tahu,"  aku menatapnya.
"Tolong jawab dengan jujur, Anna. Menurutmu apakah aku akan segera mati? Bagaimana kalau aku mati? Apakah aku akan...."
"Habiskan dulu buburnya. Setelah itu aku akan menjawab pertanyaanmu," aku mendekatkan sendok berisi bubur ke arah mulutnya.Â
Beberapa menit  suasana hening. Tom lahap menghabiskan sarapannya.Â