Aku melonjak gembira ketika Ibu datang dan menyodorkan buntalan kecil di tangannya. Kuhujani ia dengan ciuman.
"Seragam, De. Bukalah."
"Ini sangat bagus, Bu!" mataku takjub begitu bungkusan terbuka. Ah, Ibu, ia tentu telah bersusah payah untuk mendapatkannya. Sudah lama aku mengimpikan seragam ini.Â
Sekali lagi kucium pipi Ibu.Â
"Cobalah dulu, De. Kalau kebesaran Ibu akan merombaknya sekarang juga," Ibu tersenyum. Aku mengangguk. Segera kulakukan perintah Ibu. Aku berjalan menuju jendela. Menatap pantulan tubuhku pada kacanya yang memburam.
Kutempelkan seragam baru dari Ibu di atas dadaku.
"Pakailah, Â De," perintah Ibu sekali lagi. Aku menurut. Kubuka perlahan satu persatu kancing seragam di tanganku. Lalu dengan riang aku mengenakannya. Oh, lihatlah! Betapa tampan dan gagahnya aku.Â
Sesaat aku berputar-putar mematut diri.
Ibu mengawasiku dari jauh seraya menyandarkan punggungnya yang renta pada kusen pintu.
"Seragam ini pas sekali, Bu! Ibu tidak perlu merombaknya lagi," aku berseru riang. Ibu tidak menyahut. Hanya mengangguk kecil.
"Jadi kapan Dede bisa memakai seragam ini untuk sekolah, Bu?" aku menatap Ibu dengan pandang penuh harap.