Pada Minggu ketiga kami berhasil menjejakkan kaki di Gorak Sheep, pos terakhir yang berada di ketinggian 5364 mdpl. Ish menolak untuk istirahat. Ia ingin segera sampai di Everest Base Camp.Lagi, aku harus menurutinya.
Tiga jam kemudian kami sudah bisa melihat kibaran bendera warna-warni. Everest Base Camp sudah menunggu.
"Ju, kukira kau cukup menemaniku sampai di sini. Aku ingin mencari Irmina sendiri," Ish menatapku dengan pandang penuh harap. Aku ingin sekali menyanggahnya, tapi kulihat Ish mengangkat kedua tangan. Itu berarti ia benar-benar tidak ingin kuikuti.
Aku akhirnya mengalah.
Dan di situlah letak kesalahanku. Membiarkan Ish pergi sendiri mencari Irmina yang jelas-jelas sudah dinyatakan hilang adalah ketelodoranku paling besar.
Sebab Ish, sahabatku itu tidak pernah kunjung kembali.
***
Cuaca pagi sedang mendung. Segelas kopi menemaniku mengamati berita-berita yang tersaji di lembaran koran. Tidak kutemukan berita yang menarik. Kecuali ketika tanpa sengaja mataku tertumbuk pada judul yang terselip di halaman paling akhir.
"Pendaki Puncak Himalaya yang Dinyatakan Hilang Dua Puluh Tahun Lalu Diketemukan."
Mataku terbelalak. Foto yang terpampang dalam berita itu sangat kukenal.
Ish.