Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan Peramu Malam

27 September 2017   17:23 Diperbarui: 27 September 2017   17:50 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : 1073 best Moon Light Images by Pinterest/ www.pinterest.com

Ia meningkahi malam sesuka hatinya. Kadang diteguknya secangkir dua cangkir kisah yang telah terlewati, sembari menatap bulan yang tertidur pulas di atas bantal kesayangannya. Atau, kadang ia memilih diam, merenung tidak melakukan apa-apa dengan kepala bersandar pada sisi jendela yang daunnya dibiarkan berderak-derak tertiup angin.

Kadang---ia suka menjumput kabut yang melintas perlahan di hadapannya. Kabut yang berhasil tertangkup di tangannya akan ia masukkan ke dalam belanga besar yang di dalamnya sudah berisi rendaman sayap kupu-kupu dan kunang-kunang.

Ann---ia bukanlah penyihir. Ia juga bukan seorang cenayang. Ann hanya perempuan biasa yang kebetulan suka meramu kisah malam.

"Ann, belanga ini untukmu. Kau bisa menggunakannya untuk mengolah ramuanmu," itu kata-kata Ronn satu minggu yang lalu saat ia berulang tahun.

"Dari mana kau dapatkan belanga secantik ini, Ronn?" Ann bertanya takjub. Ronn tersenyum. Setelah mendaratkan satu kecupan pada kening Ann, lelaki itu menjawab," dari cucuran keringatku."

Ann terdiam. Ia tahu, Ronn selalu berkata apa adanya. Ia tidak pandai berkonotasi. Cucuran keringat yang dimaksudkannya adalah memang benar-benar keringat---cairan asin yang keluar dari pori-pori kulitnya.

Ann menatap berlama-lama wajah Ronn yang kemerahan. Ia paham, demi memperoleh belanga cantik itu pasti Ronn telah berjuang mati-matian. Ia tentu sudah bersepeda sepanjang pagi, lari bolak-balik mengitari bukit,  jumping, menimba air, mencucikan pakaian seisi rumah atau melakukan kegiatan berat lainnya agar ia mendapatkan banyak keringat. Ann terharu membayangkannya.

"Siapa yang sudah begitu baik menukar keringatmu dengan benda secantik ini, Ronn?" Ann bertanya pelan.

"Ann, di dunia ini kita tidak akan pernah kehabisan stok orang-orang baik, selama sikap kita juga terjaga dengan baik," Ronn menjawab ringan---seringan kabut pekat yang baru saja ia masukkan ke dalam mulut belanga di hadapannya.

***

Secangkir kisah telah terteguk habis. Ann memutuskan untuk meneruskan membuat ramuan lagi seperti malam-malam sebelumnya. Ia meraih pemantik api, menyalakan beberapa batang lilin lalu meletakkannya di bawah belanga yang bertengger di atas meja berlubang.

Sembari menunggu ramuannya menghangat, Ann kembali duduk di sisi jendela, menatap botol-botol kecil yang berjejer rapi memenuhi rak kayu tanpa kaca di pojok ruangan. Botol-botol itu berlabel warna-warni. Ann tersenyum. Di sanalah ia menyimpan ramuan-ramuan yang berhasil ia ciptakan di sepanjang malam.

Bulan di atas bantal menggeliat, memiringkan sedikit kepala bundarnya. Dilihatnya Ann---seperti malam-malam sebelumnya---masih menyandarkan kepala pada bingkai jendela yang daunnya tak lagi berderak-derak.

Bulan menggelinding jatuh, meniup lilin-lilin di bawah belanga agar apinya padam.

Hari sudah pagi. Bulan harus pamit pulang. Ia mengucap salam kepada Ann. Tapi seperti biasa Ann tak akan pernah membalas salamnya itu.

Ronn masuk ke dalam kamar. Menatap sejenak barang-barang miliknya yang berserak.

"Oh, kau melakukannya lagi," Ronn bergumam seraya berjalan terburu menuju jendela. Ia menyentuh wajah Ann sebentar, menekan-nekan bingkainya dengan ujung jari. Lalu dengan hati-hati ia mengangkat lukisan perempuan berwajah cantik itu, memajangnya kembali tepat di atas botol-botol acrylic  yang berjejer rapi di dalam rak tanpa kaca di pojok ruangan.

***

Malang, 27 September 2017

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun