Sembari menunggu ramuannya menghangat, Ann kembali duduk di sisi jendela, menatap botol-botol kecil yang berjejer rapi memenuhi rak kayu tanpa kaca di pojok ruangan. Botol-botol itu berlabel warna-warni. Ann tersenyum. Di sanalah ia menyimpan ramuan-ramuan yang berhasil ia ciptakan di sepanjang malam.
Bulan di atas bantal menggeliat, memiringkan sedikit kepala bundarnya. Dilihatnya Ann---seperti malam-malam sebelumnya---masih menyandarkan kepala pada bingkai jendela yang daunnya tak lagi berderak-derak.
Bulan menggelinding jatuh, meniup lilin-lilin di bawah belanga agar apinya padam.
Hari sudah pagi. Bulan harus pamit pulang. Ia mengucap salam kepada Ann. Tapi seperti biasa Ann tak akan pernah membalas salamnya itu.
Ronn masuk ke dalam kamar. Menatap sejenak barang-barang miliknya yang berserak.
"Oh, kau melakukannya lagi," Ronn bergumam seraya berjalan terburu menuju jendela. Ia menyentuh wajah Ann sebentar, menekan-nekan bingkainya dengan ujung jari. Lalu dengan hati-hati ia mengangkat lukisan perempuan berwajah cantik itu, memajangnya kembali tepat di atas botol-botol acrylic  yang berjejer rapi di dalam rak tanpa kaca di pojok ruangan.
***
Malang, 27 September 2017
Lilik Fatimah Azzahra